Singkatnya, Ling-Lung oleh Teater Nol Unsyiah berhasil mengangkat realisme sosial dengan mengusung feminisme rasional, yakni perlawanan kaum perempuan yang dilandasi alasan-alasan menurut logika dan rasional. Semua dikemas dalam adegan yang sesekali kocak serta mengundang gelak tawa. Meski demikian, beberapa akting para tokoh masih tampak direkayasa. Untuk beberapa dialog masih ada yang kelihatan menghapal sehingga sempat terjadi perenggangan alur dan tumpang-tindih bicara. Namun, itu semua tertutupi dengan impropisasi lawan main lainnya.
Terlepas dari beberapa “kebocoran” kecil tersebut, pementasan tunggal oleh UKM Teater Nol Unisyiah ini pantas dijadikan sebagai catatan kebangkitan teater kampus di Aceh. Setidaknya, dengan bandrol tiket mencapai Rp15.000,- pementasan ini tetap dihadiri lebih dari 500 orang dalam semalam. Terbukti kursi yang tersedia di barisan penonton habis terisi. Oleh sebab itu, sepantasnya saya ucapkan: selamat Teater Nol, sebagai pembangkit semangat dunia teater kampus dari rumah jantong hate rakyat Aceh!
Herman RN, cerpenis dan pegiat kebudayaan di Banda Aceh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H