Mohon tunggu...
Herman RN
Herman RN Mohon Tunggu... -

Menyukai buku, terutama budaya dan sastra. Masih belajar menulis dan terus belajar serta belajar terus.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cara Belajar Islami di Fatoni University Thailand

13 Februari 2014   22:47 Diperbarui: 4 April 2017   17:12 2419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MULANYA institusi pendidikan ini bernama Yala Islamic College (YIC) yang letaknya di Provinsi Yala. Kampus ini kemudian mendapatkan bantuan dari Timur Tengah, berupa dana pembangunan gedung baru. Didirikanlah bangunan baru di daerah Provinsi Pattani. Niat awal kampus ini akan berganti nama menjadi Patani Islamic University. Namun, kondisi politik di Thailand Selatan saat itu tidak memungkinkan memakai nama Patani maupun Pattani. Akhirnya, diubah menjadi Yala Islamic University (YIU). Meskipun berada di wilayah Pattani, tetap digunakan nama Yala.

Bagi pemerintah Thailand, Patani identik dengan Melayu dan Melayu diidentikkan dengan Islam. Patani adalah sebuah wilayah yang melingkupi Provinsi Pattani, Provinisi Yala, dan Provinsi Narathiwat. Di wilayah inilah lahirnya ‘pemberontakan’ Patani Merdeka—seperti Aceh dan Indonesia. Karena alasan itu, kampus tersebut diberi nama Yala Islamic University (YIU), tak boleh pakai nama Patani.

YIU satu-satunya universitas di Thailand yang menggunakan kata “Islam” pada nama kampusnya. Mahasiswa yang belajar di sini bukan hanya dari Thailand Selatan, ada juga dari Chiang Mai, Thailand Utara, termasuk dari Bangkok. Selain itu, ada yang berasal dari Prancis, Vietnam, Kamboja, Arab Saudi, dan Cina—tercatat kini satu orang dari Aceh yang sedang program pascasarjana di sana.

Sekarang kampus ini berganti nama lagi menjadi Fatoni University (FTU). Dengan alasan politik, kata “Islam” dilesapkan sehingga tidak disebut Fatoni Islamic University. Kata Fatoni maksudnya adalah Fathanah ‘menyampaikan’ yang notabene adalah Islam juga.

Pengakuan beberapa mahasiwa dari luar Thailand, mereka memilih Fatoni University karena metode belajarnya yang menerapkan cara Islami. “Kalau ilmu pengetahuan bisa kita dapatkan di kampus lain, tapi soal cara belajar Islami yang membuat saya memilih kampus ini,” ujar salah seorang mahasiswa asing.

Setiap kelas dipisah antara mahasiswa perempuan dan laki-laki. Namun, bagi kelas yang jumlahnya sedikit, diperkenankan gabung laki dan perempuan, dengan ketentuan duduknya tak boleh berbaur. Tangga naik ke tingkat dua dan seterusnya juga dipisah antara laki dan perempuan. Tangga bagi perempuan diletakkan sebelah kanan, sedangkan sebelah kiri tangga untuk kaum adam. Berlaku bagi semua fakultas.

Mahasiswanya berpakaian sopan. Perempuan mengenakan jilbab hingga menutupi pusat. Tidak kurang pula yang bercadar. Bagi yang laki, semua memakai baju lengan panjang. Saat pertama sampai ke kampus ini, saya sempat membayangkan kalau saya sedang berada di Timur Tengah.

Jika ada kegiatan kampus, juga dipisah antara laki dan perempuan. Misalkan, laki-laki kompetisi bola, sedangkan perempuannya kompetisi memanah. Hal menarik lainnya yang saya jumpai di sini adalah soal menjaga salat berjamaah. Setiap zuhur dan ashar, masjid kampus penuh dengan mahasiswa dan dosen yang berjamaah. Pegawai sampai supir mobil kampus pun jamaah di masjid Haromai. Terkadang, imam langsung dipimpin oleh pak rektor, kecuali ia sedang tidak di tempat.

Ada aturan antara azan dan iqamad diberi rentang masa 10 menit. Tujuannya, dosen fakultas tertentu yang jauh dari masjid masih dapat menyusul berjamaah. Rektor sendiri, saat masbuk, ia akan berdiri di saf belakang. Baginya, ia hanya pemimpin sebuah institusi, tetapi dalam salat, ia kadang harus jadi makmum juga, kendati yang imam adalah mahasiswanya sendiri.

Selepas salat berjamaah, Rektor FTU juga menyediakan waktu bagi setiap dosen atau mahasiswa yang mau bertemu. Tidak semua mahasiswa mudah bertemu dengan rektor di ruang kerja. Maka itu, Rektor FTU menyediakan waktu selepas salat berjamaah bagi setiap mahasiswa yang mau bertemu. Mahasiswa boleh curhat atau bertanya tentang apa pun di dalam masjid, seusai rektor salat sunat. Artinya, setiap hari Rektor FTU punya waktu dijumpai oleh mahasiswa. Dalam sehari, ia sediakan waktu dua kali, selepas zuhur dan selepas asar. Singkatnya, penerapan belajar di perguruan tinggi Fatoni ini mencoba menukilkan hadih maja Aceh bu beule, eungkôt beucuet-cuet; donya beuna, akhèrat beutatuntut.

Aktivitas Semesteran

Dalam satu semester, ada dua kali qiyamul lail bersama di masjid kampus. Seluruh dosen dan pegawai Fatoni University menghidupkan malam di Masjid Haromai, masjid kampus. Rektor dan para timbalan (pembantu) rektor, mulai timbalan rektor I yang menangani urusan akademik sampai timbalan rektor IV yang mengurusi hubungan kerja sama juga terlibat.

Malam-malam seperti ini, biasanya diisi dengan ceramah atau nasihat yang diakhiri pada pukul sepuluh malam. Selanjutnya, semua rehat dan akan dibangunkan pada dua per tiga malam untuk tahajud. Mulanya tahajud dipersilakan masing-masing orang. Selepas tahajud masing-masing, ada tahajud berjamaah. Selesai tahajud, mereka larut dalam tadarus Alquran hingga masuk waktu subuh. Selesai subuh berjamaah, ada siraman rohani sebagai penutup kegiatan tersebut.

Selain qilyamul lail tingkat universitas, ada juga qiyamul lail pada tingkat jurusan, yang jadwalnya disepakati jurusan masing-masing. Adapun proses belajar-mengajar, berlaku seperti umumnya setiap perguruan tinggi di mana pun.[Herman RN]

13923064041907033830
13923064041907033830

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun