Fitriani, seorang guru di sekolah menengah pertama di Jakarta, mengungkapkan bahwa kurikulum Merdeka Belajar memberikan kesempatan bagi guru untuk lebih mengenal potensi setiap siswa. "Dengan tidak adanya Ujian Nasional, kami bisa lebih fokus pada pembelajaran yang relevan dan aplikatif bagi siswa. Namun, tentu saja tantangannya adalah bagaimana kami bisa memotivasi siswa untuk tetap berprestasi tanpa adanya standar evaluasi yang seragam seperti Ujian Nasional," ujarnya.
Di sisi lain, Andi, seorang siswa kelas 11, mengaku lebih nyaman dengan kurikulum baru ini. "Saya merasa lebih bebas untuk belajar apa yang saya suka, dan tidak terlalu terbebani dengan ujian akhir. Tapi saya juga sadar kalau saya harus lebih disiplin, karena tidak ada ujian nasional yang menentukan lulus atau tidaknya," kata Andi.
Masa Depan Kurikulum Merdeka Belajar
Masa depan kurikulum Merdeka Belajar di Indonesia masih terus dikaji dan dievaluasi oleh berbagai pihak. Meskipun ada banyak tantangan, terutama dalam hal implementasi di daerah-daerah terpencil yang masih minim fasilitas, kurikulum ini dianggap sebagai langkah positif untuk menciptakan pendidikan yang lebih inklusif dan relevan dengan kebutuhan zaman.
Pemerintah juga diharapkan dapat terus berkomitmen dalam mendukung pendidikan dengan memberikan pelatihan bagi para guru dan peningkatan fasilitas pendidikan. Sinergi antara pemerintah, guru, orang tua, dan siswa menjadi kunci dalam mewujudkan visi pendidikan yang merdeka dan berorientasi pada masa depan.
Kesimpulan
Kurikulum Merdeka Belajar adalah langkah inovatif yang diambil oleh pemerintah untuk memodernisasi sistem pendidikan di Indonesia. Dengan menghapus Ujian Nasional dan memberi lebih banyak kebebasan kepada siswa untuk mengeksplorasi minat mereka, kurikulum ini diharapkan dapat membentuk generasi yang kreatif, kritis, dan siap menghadapi tantangan global. Namun, keberhasilan kurikulum ini sangat bergantung pada kesiapan semua elemen pendidikan, termasuk guru, infrastruktur, dan dukungan dari masyarakat. Evaluasi yang terus-menerus diperlukan agar kurikulum ini benar-benar mampu menciptakan pendidikan yang inklusif dan berkeadilan bagi seluruh anak Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H