Mohon tunggu...
Peter Johan Djangoen
Peter Johan Djangoen Mohon Tunggu... wiraswasta -

Menulis, memotret dan berkreasi dalam media adalah bagian dari waktu hidup saya. Melamun adalah sebuah proses dari meraih cita-cita yang sederhana: untuk hidup dan tetap menghidupi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Palguna Lereng Merapi: Sebuah Upaya Membangun

14 Agustus 2014   18:39 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:33 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pun di berbagai kesempatan, pertunjukan antar kelompok kesenian dalam sebuah acara lebih didasari atas relasi rawuh ketimbang pertunjukan itu sendiri. Antar kelompok kesenian; dengan pemilik alat gamelan serta sound system dan penyelenggara acara; dan bahkan dengan masyarakat sebagai penonton aktif. Kembali lagi, konsep nyaosi menjadi sangat kental terasa, saling memberi dan saling menerima masukan. Teknik seni kemudian menjadi sesuatu yang sangat biasa diperbincangkan, dan bukan sekedar dimiliki kelompok masyarakat atau seniman tertentu. Palguna memahami, inilah kekayaan terbesar dari kehidupan lereng Merapi. Dengan kelompok kesenian yang dibentuk Padepokan Prasetya Budya, hubungan rawuh dan pendalaman teknik kesenian menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pewarisan kesenian dan kebudayaan itu sendiri.

Pengembangan Kewirausahaan

Tema ini terbilang baru bagi Palguna dan masyarakat lereng Merapi. Betapa tidak, dimensi ke-berusaha-an erat kaitannya dengan visi hidup pribadi dan cita-cita yang seharusnya digantungkan setinggi langit. Apa itu sekolah dan pendidikan, bagaimana kesehatan seharusnya berperan, atau pertanian yang seharusnya dikembangkan secara lebih berdedikasi; seluruhnya masih berjalan pada cara berpikir yang lama. Palguna sangat mengerti, masyarakat membutuhkan contoh dan figur untuk memahami obah demi kehidupan yang lebih baik.

Pertanian menjadi pilihan utama untuk mengembangkan kewirausahaan tersebut. Kembali lagi, dengan mendasari pada visinya, Palguna mengembangkan kewirausahaan yang dapat melibatkan masyarakat dan memiliki aspek ke-jangka panjang-an. Pemahaman wirausaha bukanlah sekedar mengambil selisih marjin dari satu produk di tempat tertentu dan menjualnya di tempat lain. Wira, atau pejuang, adalah seseorang yang berani mengambil keputusan demi sebuah nilai kebenaran atau sesuatu yang lebih baik. Pemaknaan wirausaha kemudian menjadi sebuah perjalanan seorang pejuang untuk berani melakukan perubahan dan mau berusaha untuk mutu dan kualitas kehidupan yang lebih baik.

Dari tema besar ini, Palguna mengupayakan beberapa kegiatan yang dapat melahirkan kewirausahaan di tengah-tengah masyarakat. Percobaan pengolahan pupuk kandang sapi merupakan awalan yang baik. Walaupun Palguna menyadari masih dalam tahap belajar, keterlibatan dan antusias masyarakat mulai terlihat. Pemahaman pupuk kandang ini diharapkan dapat berdampak positif pada banyak aspek: mulai dari pertanian semi organik dan kualitas hasil pertanian yang meningkat, produk pupuk kandang sapi yang dapat diperjual-belikan, hingga kemungkinan pengolahan daging sapi untuk konsumsi demi gizi yang lebih baik.

Di samping itu, dengan kekayaan luar biasa atas alam dan kesenian serta kebudayaan yang telah terwariskan, Palguna merintis konsep desa wisata sebagai salah satu bentuk kewirausahaan. Beberapa percobaan telah dilakukan, dengan perbaikan yang masih harus terus dilakukan. Palguna meyakini, konsep desa wisata ini akan mempertemukan pengalaman kehidupan di perkotaan dengan masyarakat di lereng gunung. Saling belajar, bertukar pikiran dan pengalaman, yang kemudian dapat memperluas persaudaraan. Tak hanya itu, berbagai aspek kewirausahaan dapat diupayakan, yang tentunya akan memiliki nilai ekonomis tersendiri bagi masyarakat lereng Merapi.

Pengembangan kegiatan masih akan terus dilakukan Palguna di hari-hari ke depan. Dengan visi yang diemban, Palguna sangat berharap, anak-anak dan generasi penerus akan dapat menikmati hasil dari apa yang diupayakan hari ini. Pengertian obah ngarep, kobet mburi memberikan makna sesungguhnya dari apa yang sedang dan akan dikerjakan Palguna hari ini: tatanan sosial yang saling welas asih, kualitas kehidupan yang cukup, dan kesederhanaan dalam berpikir dan merasakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun