Mohon tunggu...
pejalan damai
pejalan damai Mohon Tunggu... -

damai untuk bumi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menanti Kiprah First Lady

22 Oktober 2014   14:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:08 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14139380541209608857

[caption id="attachment_349103" align="aligncenter" width="300" caption="sumber: megapolitankompas.com"][/caption]

Hiruk pikuk pemilihan orang-orang yang akan mengisi kabinet kerja ala Jokowi memang menarik untuk disimak. Media massa pun berbondong-bondong meliput mengulas menganalisis apa dan bagaimana seharusnya yg dilakukan presiden terpilih. Pakar politik dari kota hingga pelosok negeri pun boleh turut serta berkomentar, menggunjingkan bahkan demo juga boleh(kalo dirasa perlu…hehehe). Tentu banyak kepentingan yang bermain, wajarlah! Lha pemilihan lurah saja banyak kepentingan apalagi ngurus Sabang-Merauke. Banyak pula nama muncul dan tenggelam karena tidak memenuhi syarat. Tapi ada yang tidak perlu lagi diseleksi namun otomatis langsung menempati posisi strategis di negeri tercinta ini. Dialah Ibu Negara: yang kali ini posisi ini sudah aman dan dipastikan akan diduduki oleh Iriana …tidak perlu audisi, fit and proper test, persyaratan apapun-sudah take for granted.

Mungkin akan beda kalo yang jadi Presiden adalah Prabowo, secara diam-diam maupun terbuka pasti akan ada semacam seleksi nasional bahkan internasional sebagai calon istri Prabowo. Bahkan ada pula tim pemburu calon pasangan paling ideal untuk dijadikan ibu negara. Tugasnya adalah blusukan ke seantero jagad menemukan siapa yang cocok dan layak disandingkan…ahhh udalah…hahaha! Semoga Pak Prabowo bisa tetap berbahagia dengan apapun pilihan hidup saat ini. Amin

Kembali ke soal Ibu negara, jabatan yang sangat prestisius. Saat ini, setidaknya saya sangat menantikan bagaimana Ibu Iriana akan menjalani kehidupan sebagai First Lady Indonesia. Segala gerakgeriknya tak akan dibiarkan begitu saja oleh kuli tinta-termasuk kompasianer. Boleh saja Ibu Iriana bermain Instagram, hobi foto sanasini, namun hal utama yg ingin saya sampaikan sbg rakyat kebanyakan adalah jadilah diri sendiri. Tentu akan terasa nyaman jika kita berani tampil untuk menjadi diri sendiri. Selama ini sejauh pengamatan saya (yg tergolong rabun jauh…wkwkwk) kiprah Ibu Iriana belum menuai cela. Semoga demikian seterusnya nggih… iso rumongso, ojo rumongso iso.

Disini saya sebagai orang yg gagap mode, bukan penggemar infotainment, kesibukan harian spt kebanyakan rakyat yang dipimpin oleh suami ibu (Jokowi); belajar sambil mencari sesuap nasi dan kalo selo ya nulis se-kenanya(nglantur lebih tepatnya); ingin menyampaikan apa yg dalam pandangan saya dikategorikan sebagai ‘baik’.

Pertama, saya dan kebanyakan pemilih Jokowi sgt merasakan bahwa sosok Jokowi itu seperti kita/rakyat pada umumnya ‘Jokowi adalah kita’. Hidup dalam Kesederhanaan(karena mau mewah juga kagak nyampe kantongnya…). Maka saya berharap pula Ibu Iriana juga menjadi pelengkap dan mensupport suami agar rakyat semakin jatuh cinta dan akan ikut ambil bagian dalam revolusi mental demi kehidupan yang lebih baik. Jangan sampai Ibu Iriana menjadi ‘bukan kita’ dan jauh pula dari jangkauan kita. Dengan  fasilitas yg ada tidaklah sulit untuk Ibu mau bergaya hidup apapun, pun juga bukan hak saya juga untuk melarang. Saya mungkin hanya bisa ngelus dada dan bergumam kok ora ngelingi bojo-mu (kok tidak ingat suami-mu). Kata eling dalam kosakata Jawa menempati kedudukan mulia sebagai penanda maqom spiritual. Eling lan waspodo.

Lalu bagaimana untuk menjadi satu paket “Jokowi-Iriana adalah kita”? Mulai dari atas, a) Jangan sasak rambut terlalu tinggi-atau model aneh-aneh, istilah jawane ora elok-ora wangun; b) Baju, hindari-kurangi memakai yang branded luar terutama yang mahal. Apalagi saat tampil di publik karena pasti akan jadi bahan pembicaraan. c) Tas, juga hindari/kurangi pemakaian merk luar terkenal-mahal. Kalo bisa yg buatan dalam negeri, tidak ber-merk, dan bahkan dari bahan recycle(sekaligus kampanye lingkungan). Saya dan (mungkin) kebanyakan rakyat juga ingin bisa beli itu merk luar nan mahal itu namun apa daya tak terjangkau.…hahaha. Maka dengan berpenampilan spt kita lah maka Ibu Iriana menjadi satu paket “Jokowi-Iriana adalah kita”. Paragraf ini bisa diabaikan mengingat saya samasekali tidak berkompeten dalam fashion… lha kalo beli baju aja nunggu diskonan plus belum tentu sekali dalam setahun. Kemproh banget yo… yo ben!!!

Kedua, kerja keras… Salahsatu hal yang selalu diucapkankan Jokowi adalah kerja kerja kerja. Saya sendiri kadang merasa sudah kerja keras tiap hari demi menyambung hidup di perantauan. Begitu juga petani, nelayan, sopir bus dan yang profesi lain yang disapa pak jokowi dalam pidato pelantikan Presiden. Selama ini ketidakadilan struktural-lah yang membuat orang tidak bisa memperoleh apa yang layak dan seharusnya dia dapatkan dari kerja keras bercucuran keringat. Karena itu pula saya memilih suami Ibu waktu pilpres, berharap bisa membenahi sistem yang korup dan tidak adil ini. Sampai saat ini saya bersyukur bisa bertahan dan eksis dalam geraklaju sejarah…eaaa!!! kata kata (kerja kerja kerja)itu saya pikir justru penekanan lebih kuat kepada pihak yang diberi amanat oleh rakyat. Pejabat dan wakil rakyat!

Lalu bagaimana Ibu Iriana bisa ambil bagian dalam “kerja, kerja, kerja keras…!” Mudah saja, a) Tidak perlu terlalu mencampuri urusan suami. Sudah banyak contoh, dimana pasangan malah bisa lebih dominan dalam menentukan keputusan politik dan itu seringkali kontraproduktif. Biarkanlah Pak Jokowi menjadi dirinya sendiri-genuine- karena disanalah pilar utama kekuatannya. Tentu suami akan banyak berdiskusi dan meminta pendapat Ibu Iriana, saat itulah Ibu bisa memainkan peran strategis sebagai seorang istri; b) Libatkan diri dalam kegiatan dengan tema besar Revolusi Mental(dengan porsi-posisi sebagai First Lady). Menjadi pendorong, menggerakkan masyarakat untuk menjadi bagian dari penyelesaian masalah. Meminjam istilah yang sudah popular ‘turun tangan’; c) Kemampuan mendengar, bukan dengan acara basabasi-formalitas-prosedural yg kaku miskin tindaklanjut. Rakyat sangat bisa melihat mana yang pura-pura dan alami. Tidak hanya mendengarkan keluhan suami(Jokowi), dalam berkegiatan Ibu Iriana tentu akan bersinggungan dengan rakyat, saat itulah kemampuan mendengar Ibu akan diuji-apakah hanya mendengar- atau ikut turuntangan menyelesaikan.

Ketiga, keluarga-rumah tangga panutan. Hasil ngegosip di kolong jembatan, gang-gang sempit, kampung-kampung, salahsatu yg dibicarakan adalah keharmonisan keluarga Pak Jokowi-Ibu Iriana. Selalu saja Jokowi menempatkan Ibu kandungnya dalam posisi sangat terhormat, ini begitu menyentuh rasa kemanusiaan rakyat. Mulai dari hal kecil, cerita tentang membuatkan jamu khusus untuk Jokowi, sudah bisa dibayangkan bahtera rumah tangga ini berjalan.

Lalu bagaimana Ibu Iriana bisa menjadikan rumah tangga Jokowi-Iriana panutan? Coba simak, a) Tempatkan orangtua dalam posisi mulia. Jangan ragu menyebut mereka sebagai bagian tak terpisahkan dalam karir selama ini; b) Menjaga perilaku anggota keluarga, terutama anak-anak. Apapun, saat ini godaan untuk jadi sombong dan terjerumus dalam pergaulan yang kurang baik sangat besar. Bekali dengan ilmu agama yang cukup. Sukses sebagai First Lady akan hambar jika tidak sukses sebagai seorang Ibu Kandung. Sudah banyak cerita anak pejabat berkelakuan buruk; c) Melibatkan diri secara intens dalam aktivitas sosial yang berhubungan dengan anak, keluarga, orang tua. Karena itu cerminan nyata dari kehidupan sebagian besar rakyat Indonesia.

Paragraph diatas juga boleh diabaikan karena saya juga belum menikah….ahahahaha. Anyway, saya menulis tiga point(pertama, kedua, ketiga) dimana masing-masing didalamnya juga ada tiga penjelasan (a,b,c) guna menyesuaikan slogan paska pilpres: Salam Tiga Jari!!!

#wishluck

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun