Mohon tunggu...
Muhammad Sadu
Muhammad Sadu Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar Kolese Kanisius

CC'26

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Dilema Formula 1 di Tengah Era Elektrifikasi Kendaraan

29 April 2024   08:31 Diperbarui: 2 Mei 2024   16:41 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seiring dengan berjalannya era elektrifikasi kendaraan, dunia otomotif sedang mengalami revolusi besar. Namun, di tengah perubahan yang masif ini, ada satu cabang olahraga balap mobil yang mengalami dilema yang kompleks: Formula 1. Di artikel ini, kita akan membahas mengenai masalah yang dihadapi oleh Formula 1, penyebabnya, akibatnya, dan solusi terbaik yang dapat diterapkan.

Formula 1, ajang balap yang paling bergengsi dan ikonik di dunia, dikenal karena kecepatan ekstremnya, teknologi yang canggih, dan ketegangan berbalap yang mempesona. Namun, dengan munculnya dorongan global untuk beralih menggunakan mobil yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, Formula 1 dihadapi dengan dilema yang rumit. F1 sebagai ajang balap yang bersejarah memiliki keperluan untuk mempertahankan warisan dan reputasinya sebagai ajang balap yang paling inovatif, canggih, dan menarik. Akan tetapi, di sisi lain, terdapat desakan untuk mengurangi dampak lingkungan dari olahraga ini dengan mencapai Net Zero Emission pada tahun 2030.

Salah satu akar permasalahan dilema ini adalah pertanyaan mendasar tentang masa depan teknologi mobil balap. Banyak produsen mobil yang beralih ke mobil listrik, namun mengadaptasi F1 dengan tren ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Teknologi mobil F1 saat ini didasarkan pada mesin pembakaran internal yang sangat kompleks dan membutuhkan bahan bakar fosil.Mengubah semua ini menjadi solusi berbasis energi memerlukan inovasi besar-besaran dan investasi besar. Teknologi baterai pada saat ini juga belum memadai untuk F1 karena dalam satu balapan F1 harus menempuh setidaknya 305 kilometer dalam waktu kurang dari 2 jam.

Selain itu, ada juga permasalahan terkait citra merek. Sponsor dan produsen mobil yang terlibat di F1 memiliki kepentingan yang beragam. Beberapa orang mungkin melihat manfaat yang lebih besar dalam mempromosikan teknologi yang lebih ramah lingkungan, sementara yang lain mungkin lebih menghargai warisan dan  kinerja unggul dari mesin pembakaran internal.

Dilema yang dihadapi oleh F1 juga tambah semakin rumit karena adanya Formula E. Pada tahun 2014, Formula E diluncurkan secara resmi. Peluncuran ini memberikan lisensi eksklusif kepada Formula E  sebagai satu-satunya ajang balap formula listrik selama 25 tahun sejak peluncurannya pada tahun 2014. Artinya, lisensi eksklusifnya baru akan  berakhir pada tahun 2039, yaitu empat tahun setelah larangan Uni Eropa dan California terhadap penjualan mobil berbahan bakar yang diberlakukan pada tahun 2035. Larangan tersebut dapat mengancam relevansi F1 karena memberi kesan bahwa F1 memiliki teknologi yang kuno.

Jika F1 tidak menyikapi dilema ini dengan bijak, maka ajang balap bergengsi tersebut berisiko kehilangan daya tariknya. Ketika masyarakat semakin sadar akan isu lingkungan,  olahraga yang terus mengandalkan teknologi tinggi karbon mungkin dianggap ketinggalan jaman atau bahkan tidak bertanggung jawab. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya minat  penonton, sponsor, dan produsen mobil, yang pada gilirannya dapat membahayakan keberlanjutan finansial acara balap tersebut. 

Ada juga risiko reputasi. F1 telah lama dianggap sebagai pionir teknologi dalam industri otomotif. Kegagalan memperkenalkan teknologi ramah lingkungan dapat merusak citra F1 sebagai trendsetter dan inovator.

Namun, ada solusi yang mungkin diambil oleh F1 untuk mengatasi dilema ini. Langkah-langkah strategis yang mungkin dilakukan termasuk meningkatkan penggunaan bahan bakar berkelanjutan dan mengoptimalkan teknologi hibrida. F1 akan fokus pada pengembangan dan penerapan biofuel dan bahan bakar elektronik yang ramah lingkungan untuk mengurangi emisi karbon, serta memperluas dan meningkatkan sistem hibrida yang ada untuk beradaptasi dengan persyaratan kinerja tinggi. Lebih lanjut, menjalin kerja sama teknis dengan Formula E dapat menjadi cara efektif untuk bertukar pengetahuan dan inovasi, khususnya dalam pengembangan baterai dan sistem pengisian cepat. Kemitraan ini akan memastikan F1  tetap menjadi yang terdepan dalam teknologi balap dengan tetap menghormati kerangka lisensi yang ada dan memastikan transisi bertahap ke teknologi listrik mulai tahun 2039 dan seterusnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun