Setelah diulas sedikit tentang budidaya perikanan dalam"Klub Seks Bebas" di Pedesaan bagian satu, semakin jelas bahwa penanganan budidaya ikan harus dilakukan dengan sungguh sungguh, agar tercapai hasil yang memuaskan. Layaknya mengorganisir sebuah event, pengelolaan budidaya perikanan haruslah melalui tahapan yang ditempuh secara prosedural. Pada bagian pemeliharaan anak, di childroom, ada peluang menarik bagi pembaca yang mau bergabung menjadi pengelola di"Klub Seks Bebas", yaitubudidaya ikan dengan pola Mina Padi. Budidaya ikan dengan padi, yang murah,meriah dan jadi tempat week end sambil melepas penat....untuk rehat menjelang datangnya kesibukan baru di awal minggu. Hal lain yang lebih menarik, apabila ikan yang ditanam dengan padi adalah ikan konsumsi dan ikan hias yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sistem budidaya yang sangat menguntungkan banyak pihak, disamping kita menghasilkan padi dan ikan konsumsi untuk mengatasi rawan pangan, kita pun mendapat keuntungan tambahan dari ikan hias. Merubah cara berpikir dan cara menangani pengelolaan persawahan, adalah salah satu kiat menanam padi dan ikan di areal persawahan. Pupuk yang biasanya menggunakan pupuk kimia, menjadi pupuk organic, jerami yang biasanya dibakar , dimanfaatkan menjadi kompos, padi yang biasanya ditanam tunggal, ditambah dengan ditanami ikan. Dengan pola seperti ini, otomatis penghasilan persawahan menjadi dua sumber yaitu hasil padi dan hasil ikan. Dengan biaya pengeluaran yang tidak terlalu tinggi, pemilik sawah dan penggarap akan bertambah penghasilannya, dan dengan pola Mina Padi, secara tidak langsung mendukung program pemerintah, dalam mengatasi rawan pangan dan mensukseskan program Ketahanan Pangan Nasional. Salah satu obsesi Begawan Ekonomi "Prof Soemitro adalah, menjadikan "Indonesia yang agraris sebagai Negara Industri yang berbasis pada kekuatan Sumber Daya Alam". Oleh karenanya, untuk menggairahkan sector pertanian dan perikanan dan menjadikan sector ini menjadi industry yang tertata dengan baik, harus didukung olehsumber daya manusia yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu dan berbagai lapisan kekuatan. Lapisan pertama adalah petani/buruh, pekerja lapangan langsung yang terlatih dan berpengalaman, Lapisan kedua adalah sarjana yang punya keahlian khusus, pemikiran positif, kreatifitas dan disiplin serta daya juang yang tinggi, Lapisan ketiga adalah kelompok masyarakat yang memiliki nasionalisme /jaringan/akses/pengetahuan ekonomi makro dan pengetahuan lain, yang dapat menunjang terbentuknya suatu agroindustry yang komprehensif. Lapisan keempat adalah Pemodal, Lapisan kelima adalah Akademisi dan Pemerintah Untuk tercapainya suatu kesinambungan usaha pertanian dan perikanan, yang berbasis pada ekonomi kerakyatan, dengan tujuan utama terbentuknya stabilitas pangan nasional, Lapisan kedua dan lapisan ketiga merupakan factor penentu dan mempunyai peran yang sangat strategis. Kelemahan usaha pertanian dan perikanan adalah lapis kedua dan ketiga diisi oleh orang yang tidak memenuhi kualifikasi. Sejatinya, kedua lapisan penyangga ini adalah kelompok yang menjadi penghubung petani dengan pemerintah....petani dengan akademisi....petani dengan pasar.... petani dengan pemodal. Tanpa adanya dukungan dari kedua lapisan ini, petani hanya jadi objek yang selalu dikambinghitamkan...petani hanya jadi sapi perahan...dan petani hanya jadi komoditas saat kampanye politik...Oleh karena itu, kedua lapisan ini harus ada dan mutlak diperlukan, sebagai lapisan penyangga..lapisan yang peduli, lapisan yang tidak mempunyai muatan ...dan lapisan yang bisa mewujudkan dan membangun Agroindustri di negeri yang sudah lama tertidur... Anda berminat mengisi lapisan kedua dan lapisan ketiga di "Klub Seks Bebas" pedesaan???
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H