Mohon tunggu...
Pecinta Teh
Pecinta Teh Mohon Tunggu... -

Sarjana hukum, tapi masih lanjut belajar lagi mumpung masih muda dan punya waktu | Nulis dan ngomong hal-hal yang kupahami serta bermanfaat bagi banyak orang, tapi dengan caraku sendiri | Suka diskusi dan sedang berusaha terus rajin membaca

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Sandiwara Wibawa

8 Oktober 2018   17:00 Diperbarui: 9 Oktober 2018   16:36 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: http://www.tribunnews.com/nasional/2017/09/20/tiga-peristiwa-bersejarah-yang-membuat-sukarno-menangis-apa-saja

 

Politik bermetamorfosa dan seolah dewasa
Mereka sumbang pikiran, sumbang suara
Banyak yang percaya karena wibawa
Berharap mereka bisa mengubah semua

Realita hanya formalitas semata
Mereka buat seolah seharum akasia
Nyatanya semua busuk seperti rafflesia
Tiada lagi sila-sila Pancasila

Semua bilang berjuang demi suara
Tulus bagi negara atau utamakan kuasa
Tak bisa dilihat kasat mata
Pertaruhan hak rakyat jadi hal biasa

Janji kampanye sekadar retorika
Ekspektasi kita entah dibawa kemana
Tenggelam dalam elegi cita-cita
Lantas siapa bisa dipercaya?

Apa kau lupa
Kau tidak berbuat apa-apa
Tidakkah kau dengar samar suara?
Tangisan para pejuang pendiri bangsa

(Pernah dimuat di Warta Ubaya edisi Februari 2015)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun