Mohon tunggu...
Evi Dwiningtias
Evi Dwiningtias Mohon Tunggu... lainnya -

aku hanya seorang penulis pemula yang mencoba berkarya. mohon kasih saran dan kritiknya ea ^^

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pemelihara Sapi Tangguh

30 September 2012   20:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:26 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mendengar kata sapi, pemikiran kita pasti langsung tertuju pada hewan herbivora besar berkaki empat dengan dominasi warna putih pada kulitnya. Hewan yang satu itu bisa dibilang sangat menguntungkan manusia. Segala aspek yang ada pada hewan itu bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan mannusia. Mulai dari daging, kulit, tulang, susu bahkan tenaganya. Daging, tulang sumsum, dan susunya kita olah sebagai bahan makan. Sedangkan kulit diolah menjadi barang-barang tertentu. Tenaganya biasanya dimanfaatkan untuk menarik gerobak atau traktor. Betapa besar jasa hewan yang satu itu pada kehidupan manusia.

Tentunya hewan tersebut bisa berjasa besar bila dalam keadaan sehat dan bugar. Pernah kebayang tidak siapa saja orang yang berada dibalik kebugaran seekor sapi?

Kalau Anda menjawab peternak sapi, bisa jadi benar. Tapi tidak sepenuhnya benar. Dalam hal ini pemelihara sapi lah yang paling berjasa merawat hewan yang satu itu. Istilahnya terdengar sedikit aneh mungkin? Saya memberi istilah untuk orang-orang yang berjasa sebagai perawat sapi sebagai pemelihara sapi tentu ada alasannya.

Baru kali ini saya tersadar, ternyata peternak sapi itu belum tentu lho mereka yang merawat, menjaga dan memberi makan sapi. Sebagian besar peternak sapi itu adalah orang yang memfasilitasi dan menampung sapi-sapi untuk dipelihara. Nah, biasanya mereka akan menyuruh pekerjanya untuk memelihara, merawat, memberi makan dan membersihkan kandangnya. Dan para pekerjanya itulah yang saya sebut sebagai pemerlihara sapi. Atau orang-orang desa yang biasanya dititipi orang-orang kota untuk merawat sapi yang mereka beli, itu juga bisa disebut sebagai pemelihara sapi.

Saat mendekati idul adha, para peternak sapi akan meraup keuntungan banyak dari hasil ternak mereka. Tentunya, pemelihara sapi juga terkena cipratannya. Yah, meski tak banyak sih. Tapi, orang-orang itu tetap merasa puas dan bersyukur. Asal itu masih bisa mencukupi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.

Yang paling berat dirasa oleh pemelihara sapi adalah saat musim kemarau panjang. Yah, seperti sekarang ini. Kekeringan membuat mereka sulit mencari rumput untuk sapi-sapi mereka. Akhirnya mereka harus berpanas-panas ria dan bersusah payah mencari rumput ke berbagai daerah yang memungkinkan. Bahkan mereka sampai harus merelakan waktu dan uang hanya demi mendapatkan makanan bagi sapi-sapi mereka. Betapa besar pengorbanan yang mereka lakukan. Tidak kebayang deh.

Seperti orang-orang yang baru saja temui akhir-akhir ini. Mereka adalah para pemelihara sapi dari sebuah desa di daerah Purwodadi. Akibat musim kemarau panjang, mereka sulit mendapatkan rumput untuk pakan ternaknya. Daerah Purwodadi kan memang terkenal sebagai daerah yang cukup gersang kalau musim kemarau tiba. Tanahnya pun kebayakan tandus. Tidak heran pada musim seperti itu sulit mencari rumput.

Sebagai solusinya, orang-orang itu mencari pakan sapi ke daerah lain. Demak, Mranggen, bahkan Semarang pun mereka datangi. Cuma buat apa? Cuma buat mencari dami (batang padi sisa panen).

Saya heran. “Lho apa Bapak tidak rugi kalau mencari sampai ke Semarang? Transportasinya kan butuh modal banyak untuk mengangkutnya?” tanya saya suatu ketika.

Salah satu dari mereka menjawab. “Lha mau bagaimana lagi, daripada sapi saya mati kelaparan. Keluar uang sedikt tidak masalah.”

Saya langsung terperanjat mendengarnya. Keikhlasan mereka yang begitu luar biasa merupakan nilai plus yang bisa kita pelajari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun