Mohon tunggu...
AF Sulaeman
AF Sulaeman Mohon Tunggu... -

Santriman, jarang makan, sering tidur, ngupil dan main plant's vs zombie.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mesir Dalam Kacamata Ababil (Abege Labil)

1 September 2013   02:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:32 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Siapakah Mesir? Mungkin orang melihatnya terbelah ke dalam dua kubu: mereka yang mengacungkan empat jari sebagai “tanda Rabaa” dan mereka yang mengacungkan dua jari sebagai tanda kemenangan menjatuhkan Presiden Morsi. Tapi Mesir jangan-jangan bukan sesuatu yang terbelah, karena sebenarnya ia memang tak pernah “satu”. Maka, siapakah Mesir? Mungkin jawabnya: “sebuah bayangan yang hilang”. –Goenawan Muhammad. Mesir-

Pada malam hari di tanggal 15 Agustus yang lalu, saya terbangun dari tidur, lalu galau segalaugalaunya. Bukan karena saya begitu nelangsa karena sudah tak ada lagi yang mengirimi pesan pendek “ met malam”, “jangan lupa makan” dan semacamnya. Tapi karena sebuah mimpi. Ya mimpi -omong kosong alam bawah sadar, bunga tidur, khayalan tak sampai, atau mungkin wangsit, atau wasiat yang ghaib dan semacamnya.

Saya mimpi, didatangi sesosok makhluk yang menjinjing saya dengan sebelah tangannya, mata saya terkatup rapat, saya cuma merasa tangannya yang besar mencengkram bahu saya. Lalu makhluk itu mengaku sebagai jin dari mesir, ia datang dengan sejumlah temannya, mereka mengatakan kalau mereka sedang berjihad di Mesir. Tapi entah kenapa waktu itu saya tidak tanyakan, kalau lagi ada wajib jihad kenapa sempat-sempatnya datang kemari? Mungkin saya terlalu ketakutan. Lalu saya terbangun. Kebingungan.

Mimpi itu mengingatkan saya yang benar-benar bingung menyikapi pemberitaan dan wacana soal Mesir yang terpublikasikan demikian ngerinya. Mungkin dengan sok tahu saya bisa saja mengatakan bahwa pergolakan di Mesir adalah kedzaliman terhadap golongan tertentu oleh golongan tertentu. Tapi mungkin saja tidak begitu. Ah… saya bingung, sebab bagaimana bisa terjadi, jika setahun yang lalu di Mesir, orang-orang dengan latar agama dan golongan yang berbeda bersatu dan ramai-ramai menurunkan Mubarak, lalu satu tahun setelahnya segolongan orang-orang menurunkan Mursi yang katanya terpilih secara demokratis, dan selanjutnya mereka yang tadinya menyatu menggulingkan rezim Mubarak lalu sekonyong-konyong saja terpecah menjadi golongan-golongan yang bermusuhan satu dengan lainnya.

Tapi mungkin saja bukan itu yang terjadi. Sebab saya tidak mengerti politik, acuh tak acuh pada pemberitaan media, juga ragu dengan teori-teori konspirasi. Sebab masing-masing tidak bisa dipercaya, masing-masing bersipat partikular: menunggang kepentingan  golongannya, dan yang paling kentara adalah: masing-masing hanya menakut-nakuti saja.

Melihat bagaimana Mesir dalam berita, saya sadar betapa sakitnya kalau sekiranya dada dan kepala saya dilubangi peluru kaliber 35 mm, atau badan saya remuk dilindas tank baja. Tapi saudara-saudara kita sesama manusia (bahkan yang bukan muslim) di Mesir sudah mengalaminya. Maka saya tidak lagi bicara sebagai muslim sunni! Saya akan bicara sebagai muslim, kristen, yahudi, budha, syiah, demokrat, pks, pdi, polisi, nu, muhammadiyah, santri, kyai, ulama, tukang becak dan semua orang yang percaya bahwa perdamaian dan kemanusiaan adalah nilai luhur yang hakiki bagi sesama manusia yang punya pengalaman hidup diatas muka bumi yang sama.

Untuk itulah, Assad tidak mewakili umat Syiah! Bahwa Al-Sisi dan Pemerintah Mesir tak mewakili kontra Ikhwanul Muslimin, sebab apapun yang terjadi dengan terbunuhnya orang-orang tak berdosa (yang kali ini adalah masyarakat Mesir Pro-Mursi) adalah bentuk paling sedih dari kerakusan, kedzaliman dan tiranisme! Sehingga tidak ada alasan yang membenarkan hal-hal yang tidak manusiawi di sekitar kita, seperti pengusiran umat syiah di Madura tempo lalu atau penghancuran kedai-kedai makanan saat bulan puasa. Bashar Assad, Al-Sisi… dan semua kekacauan di Suriah dan Mesir muncul dengan pola yang hampir sama. Pemerintah yang otoriter, kudeta, lalu rakyatlah korbannya. Sudah.

***

Entah bagaimana harusnya membicarakan perihal Mesir, Ya Allah… Ampunkan hambamu ini, berilah anugerah syahid seperti yang engkau karuniakan kepada para kekasih-Mu yang lainnya. Maka bagaimanapun juga sudut pandang saya yang gaje ini adalah sudut pandang yang bersifat emergensial: kepepet, galau, belum sempurna dan terbuka untuk segala bentuk penyempurnaan. Sejujurnya saya masih gemetar melihat tulisan dan photo-photo tentang krisis kemanusiaan di Mesir dan Suriah yang di-share oleh teman-teman di sosial media. Hal-hal tersebut selalu saja berakhir “silahkan share”. Diam-diam saya mendoa ya Allah, semoga siapapun yang menshare tulisan itu sedang tidak krimbat di salon-salon. Kalaupun memang ternyata iya, itupun agaknya memang bukan dosa.

Akhirul kalam, biar saya kutipkan firman Gusti Allah dalam Al-Qur’an “Janganlah kamu-kamu mengatakan bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah adalah gugur (sia-sia), akan tetapi mereka hidup disisi-Nya akan tetapi kamu-kamu tak menyadarinya”

Ah, saya labil saudara-saudara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun