"Jatuh cinta terbaik adalah ketika kau menemukan orang yang dekat dengan Tuhanmu, lalu kau berjuang memantaskan dirimu dengannya-menjadikan dirimu lebih baik lagi, dan keridhaan cinta berdua membuat lebih dekat dengan Rabb yang Maha Memelihara Alam Semesta."Â ~ Pangeran Tak Berharap Mahkota, halaman 270.
Kembali lagi sebuah novel islami menggetarkan jiwa usai membacanya. Buah karya KH. Andrian Mafatahillah Kariem yang diterbitkan oleh Republika ini berkisah tentang kedua tokohnya; Sultan (tokoh utama laki-laki) dan Bunga (tokoh utama perempuan). Keduanya terlahir dari keluarga yang berbeda secara tiga enam puluh derajat.Â
Sebagaimana namanya, Sultan terlahir dari keluarga kaya-raya. Segala kebutuhannya ditopang dengan serba ada. Hidupnya penuh dengan cinta, kasih sayang, kemanjaan. Hal itulah yang menjadikan dirinya keras, hidup semaunya, ingin selalu menang, dan watak keras.Â
Sedangkan Bunga, ia berasal dari keluarga sederhana, kedua orangtuanya berniaga di pasar. Sejak kecil Bunga dididik dengan pengetahuan agama yang cukup, meski dengan perekonomian yang pas-pasan, tak menjadikan ia tertinggal. Terbukti ia mampu melanjutkan pendidikan di bangku perguruan tinggi di kampus ternama dengan beasiswa prestasi.
Bunga adalah dara yang cantik jelita, kecantikannya itu murni bukan karena efek makeup. Hal itu pula tercermin dengan kepribadian dan karakter yang baik dan berakhlaqul karimah. Sedari kecil ia menutup diri dengan berhijab dan bercadar. Ia adalah gadis yang patuh dan berbakti kepada kedua orang tua.Â
Pada suatu ketika, Sultan yang memiliki sikap keras, dan mudah jatuh cinta pada wanita yang baginya cantik secara fisik. Tak disangka ia bertemu dengan Bunga yang memiliki paras cantik nan jelita bak bidadari dari kayangan. Jatuh cintanya ia kembali membuat ia terluka, namun bukan hanya patah hati, melainkan penyesalan terdalam akibat perbuatan yang ia lakukan, ditambah permasalahan keluarga yang tak kunjung usai.Â
Dalam pilu yang meradang, Sultan memutuskan istirahat sejenak-melepas penat-jauh dari hingar-bingar kota. Ia memutuskan untuk pergi ke suatu tempat yang jauh, menenangkan diri. Perjalanan itu membuatnya celaka, namun, membawanya ke dalam peristiwa penuh makna. Perjalanan panjang penuh hikmah yang tidak hanya mengubah sikap, pikiran, dan perilaku bagi dirinya, melainkan orang-orang di sekitarnya pula.Â
Dari novel ini, banyak hikmah dan pelajaran yang bisa kita petik nilai baiknya. Tentang kebahagiaan dan kesempurnaan, terlebih dalam mengarungi samudera kehidupan yang luas.Â
Setiap manusia pasti berharap hidup bahagia. Sebagaimana pepatah; orang yang berbahagia pasti akan senang, tetapi orang yang senang belum tentu bahagia. Sebab, definisi bahagia mengandung makna universal. Dari novel ini penulis mengajak kita memahami arti kebahagiaan yang sesungguhnya sekaligus menunjukkan jalannya.Â
Tidak hanya itu, romantisme, persahabatan, dan kekeluargaan yang sarat makna akan menemani pembaca menyelami kisah di dalamnya.