Oleh: Pecandu Sastra
"Setiap pertempuran selalu ada risiko. Dan, saat kau terluka, atau kehilangan bagian tubuhmu, tidak ada yang akan mengajarimu cara mengatasinya. Tapi, sepanjang kau tidak panik, berpikir jernih, kau akan tahu solusinya."Â _____ Abu Syik, Hal 323.
Tanah Para Bandit, merupakan buku novel ketujuh dari serial aksi Tere Liye, setelah; Negeri Para Bedebah, Negeri di Ujung Tanduk, Pulang, Pergi, Pulang-Pergi, dan Bedebah di Ujung Tanduk.
Adalah Padma, gadis yang sedari kecil menjadi yatim-piatu, ia dibesarkan oleh kakek sekaligus gurunya; Abu Syik di Talang. Kesehariannya latihan, latihan, dan latihan. Ia dibekali pelbagai kecakapan, dari bela diri hingga ilmu pengetahuan.
Kamu tahu arti nama tersebut? Padma adalah ratu dari segala bunga, yang rela mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan hutan, menyerap semua bau busuk, agar jutaan bunga lain mewangi.
BACA JUGA:Â Â Belajar Ikhlas dan Tawadhu dalam Menjalani Hidup dari Novel "Kembara Rindu"
Hari-hari Padma di Talang penuh dengan latihan, latihan, dan latihan. Lari, melompat, membidik dan menangkis dengan senjata, juga latihan bermacam jurus; dari menyerang hingga pertahanan. Latihan lari dengan membawa dua ember guna mengisi gentong hingga penuh dengan tenggat waktu tertentu. Melompat dari tanah ke pijakan papan dengan beban batu puluhan kilo yang diikat pada kaki, melewati padang rumput puluhan kilo meter menuju rumah dengan mata tertutup, hingga merobek pohon dengan jari. Kakeknya berkata dengan lahitan 'ganjil' ini menjadikan Padma tangguh dalam menyelesaikan misi-misi besar nantinya.Â
Padma kecil memiliki tempat rahasia di tengah hutan, yang menjadi wisata sekaligus pelipur lara ketika ia dimarahi Abu Syik, jika tidak mencapai target dari latihan yang dibuat. Di tempat itulah ia bertemu dengan Bujang kecil. Sayangnya, pertemuan ini berlangsung singkat, Bujang tiba-tiba pergi entah ke mana.
Beranjak dewasa, Abu Syik yang semakin tua-ia pun meninggal dunia. Ia memberi wasiat kepada Padma untuk pergi ke kota dan bergabung pada organisasi rahasia (vigilante) yang telah dipersiapkan sejak ia belia. Namun sayang, tiba di kota, Padma memutuskan untuk hidup bebas dan mandiri, ia tidak bergabung dengan organisasi tersebut. Ia memutuskan menjadi mahasiswa di kampus ternama di ibu kota dengan 12 fakultas sekaligus.