Oleh: Pecandu Sastra
"Hidup yang tidak dipertaruhkan, tidak akan pernah dipertaruhkan," Kincir Waktu - halaman 273.
Siapa yang tak mengenal sosok Akmal Nasery Basral, penerima penghargaan penulis nasional (National Writer's Award) Satu Pena 2021. Ia merupakan salah satu penerbit produktif di Indonesia, puluhan karyanya berhasil merebut hati para pembaca. Selain itu pula ia sangat dikenal dengan gaya penulisan penuh sejarah yang kaya data dan fakta.Â
Salah satu karyanya yang memiliki nilai sejarah tinggi ialah Kincir Waktu; merupakan buku kelima yang diterbitkan oleh Penerbit Republika. Dwilogi dari Seri Wikan Larasati itu pertama kali diluncurkan pada tahun 2021 lalu.Â
Dengan cover bernuansa Aurora yang didominasi warna ungu, nila, merah muda, dan oren. Berlatar patung Liberty Kota New York, Amerika Serikat-menggenggam monumen nasional (Monas) Jakarta ini menyimpan sejarah pra-reformasi.Â
Peristiwa kerusuhan pada Mei tahun 1998; tragedi pemerkosaan masal terhadap etnis Tionghoa (Chindo/China-Indonesia), pembakaran toko dan rumah-rumah, hingga pada puncaknya ribuan mahasiswa menduduki gedung DPR/MPR. Konflik ini dipicu oleh kritik terhadap pemerintah orde baru dan keruntuhan ekonomi akibat dari krisis finansial Asia tahun 1997. Kerusuhan ini pun terjadi di beberapa kota; Jakarta, Medan, Surakarta, dan kota lainnya.Â
Novel multi-genre; political thriller, journalism, crime, dan suspense ini diperkaya data dengan riset yang mendalam. Menghadirkan sosok Wikan Larasati; seorang jurnalis kuda dari majalah berita Dimensi-memiliki karakter yang kuat, kharismatik, dan energik.Â
Wikan mendapat undangan liputan ke New York, Amerika Serikat dari salah seorang kenalannya terkait peristiwa kelam yang melanda Indonesia pada Mei 1998 silam. Mendapat informasi itu, ia langsung melakukan koordinasi dengan pihak kantor dan dirinya disetujui untuk meliput tragedi tersebut.Â
Sejak awal menjejakkan kaki di tanah Amerika, Wikan menyaksikan beragam keanehan dan janggal. Berbagai macam peristiwa kontroversial di Indonesia menjelang Reformasi. Ia pun harus menyaksikan tragis yang membuat pengundangnya tewas secara mengejutkan di depan matanya.Â
Perjalannya bertugas di negeri Paman Sam, dalam misi menemukan sosok-sosok yang bermain pada tragedi itu penuh ketegangan. Tidak hanya sekali-dua ia diculik dan berhadapan dengan para penjahat yang menginginkan pendalaman kasus itu dihentikan. Mempertaruhkan keselamatan jiwa dan nyawa. Bahkan, ia sempat disogok oleh salah satu pelaku yang turut berkecimpung dalam kerusuhan Mei 1998; dengan ratusan juta agar ia kembali ke tanag air dan menghentikan peliputan.Â