Apa yang anda pikirkan taat kala mendengar kata 'Sesuk'? Kata ini berasal dari bahasa Jawa yang memiliki arti; esok atau besok. Ya, buku ini berhubungan dengan hari esok atau masa depan.Â
Berbicara dengan buku yang baru saja penulis baca, sekilas-bagaimana tanggapanmu terhadap cover buku ini? Apakah kalian berpikir bahwa buku ini akan bercerita tentang horor? Jika ya, selamat-kita se-frekuensi! S A L A H.Â
Ini kisah keluarga, parenting dan edukasi. Buku ini mengisahkan kehidupan keluarga seorang bernama Gadis (kelas 6 SD) yang terlahir dengan keluarga super sibuk. Ibunya seorang aktris ternama yang memiliki jutaan followers di media sosial, sedangkan Ayahnya pebisnis handal yang memiliki berbagai macam bisnis-kaya raya. Ia memiliki dua adik; Bagus (6 th) dan Ragil (1-2 th).Â
Sebab kesibukan kedua orang tuanya, Gadis terbiasa menjadi anak mandiri, pemberani, bertanggungjawab, dan cerdas. Sehari-hari, selain sekolah waktu ia habiskan untuk turut mengasuh kedua adiknya, meski ia memiliki asisten rumah tangga (art).Â
Mereka tinggal di sebuah daerah di tengah ibu kota yang padat. Hidup dengan kebutuhan yang serba ada, namun tidak dengan keharmonisan dan kebahagiaan. Singkat cerita, suatu ketika terjadi suatu peristiwa yang mengharuskan mereka untuk meninggalkan ibu kota dan pindah ke sebuah desa terpencil yang jauh dari keramaian dan merubah kebiasaan dalam keluarganya.Â
Suatu hari, Ragil (adik bungsu Gadis) terjatuh dari lantai dua-meluncur dari pagar pembatas teras. Hal itu disebabkan oleh kelalaian ibunya yang pada saat itu sedang mengasuh. Ia sibuk dengan smartphone miliknya-menjalin komunikasi virtual dengan para penggemar di media sosial. Untungnya kala itu asisten rumah tangga mereka sedang lewat usai mengangkat jemuran dengan membawa keranjang pakaian. Ragil pun terjatuh ke dalam ranjang tersebut dan selamat tanpa cidera sedikitpun.
Atas kejadian itu, Ibu Gadis trauma dan sangat menyesal, ia menangis sejadi-jadinya-tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika saja bibi mereka tidak melintas pada saat itu dan tentunya atas kuasa Tuhan. Ia pun berjanji akan menjaga dan merawat anak-anak dengan penuh serta lebih hati-hati. Meluangkan banyak waktu untuk keluarga.Â
Untuk menghilangkan trauma, serta sikap ingin berubah menjadi pribadi yang lebih baik bagi keluarga. Ayah dan Ibu Gadis memutuskan meninggalkan kota, dengan harapan bisa meluangkan waktu banyak bagi anak-anak. Sejak saat itulah mereka pun meninggalkan ibu kota, hijrah ke sebuah desa yang jauh dari hingar-bingar kota.Â
Â
Di desa mereka menempati sebuah rumah mewah dengan usia yang cukup tua. Rumah itu dahulunya pernah ditempati keluarga Belanda yang kaya raya. Namun, kabarnya rumah tersebut menyimpan cerita, dahulu pernah terjadi sebuah insiden yang mengenaskan-menewaskan hampir seluruh keluarga yang tinggal di rumah itu.Â
Beberapa waktu, semua berjalan lancar. Kehidupan Gadis dan keluarganya kembali utuh dan harmonis sebagaimana yang ia harapkan. Namun, hal itu tidak berlangsung lama, kedua orang tuanya kembali berubah dan sibuk dengan aktivitas kerja mereka. Ayahnya kembali aktif mengurus bisnisnya dan Ibunya kembali mengambil peran film di luar kota. Hal itu mengakibatkan Gadis dan adik-adiknya harus tinggal di rumah tanpa hadirnya orang tua.
Sejak saat itu pula, banyak kejadian aneh yang menimpa dirinya serta warga desa setempat. Dari kisah hantu yang berseliweran dan bersarang di rumahnya, hal itu ia dengar dari mulut anak-anak teman sekolahnya, hingga warga setempat. Peternakan warga mati mendadak, waduk berumah warna, pohon besar-tua pun ikut berubah warna daunnya.Â
Selain itu, munculnya seorang anak laki-laki misterius yang menyerupai Bagus; adiknya Gadis. Hingga pada puncaknya ratusan burung yang terbang tiba-tiba mati berjatuhan di halaman sekolah Gadis dan meninggalnya warga setempat; satu keluarga.Â
Buku ini bukanlah berkisah mistis atau horor, secara garis besar, penulis ingin mengingatkan kita betapa pentingnya peran orang tua dalam keluarga. Bagaimana tanggungjawab mereka yang tidak hanya sebatas menafkahi, juga turut menghadirkan perhatian, kasih-sayang kepada anak-anaknya.Â
Dalam kisah ini, penulis (Tere Liye) menjelaskan bagaimana kesibukan orang tua Gadis yang hanya memfokuskan diri untuk pekerjaan. Bahkan, ketika mereka berada di rumah di dekat anak-anak, fokusnya pun teralihkan pada pekerjaan lagi dan sibuk dengan gadget mereka. Ini sebenarnya cerminan orang tua saat ini.Â
Banyak hal yang bisa kita jadikan cerminan-edukasi bagi diri. Dari peristiwa yang menimpa keluarga gadis, karakter orang tuanya, bahkan dari sosok Gadis dan Bagus adiknya.
Meski kisah ini hanyalah fantasi, namun melalui kisah ini penulis ini menekankan dan kembali mengingatkan kepada kita semua; terlebih orang tua, agar benar-benar menghadirkan diri mereka di tengah anak-anak. Sebab, anak-anak tidak hanya butuh nafkah lahiriah, juga batiniahnya harus terpenuhi.Â
Orang tua sebagai madrasah utama bagi anak-anak, baik-buruknya orang tua adalah teladan bagi mereka. Oleh karenanya dampingi dan didiklah anak-anak dengan baik agar tertanam pula sifat yang baik. Secerdas apapun anak yang lahir dengan kecerdasan-kejeniusan dari Tuhan, jika ia tidak dibimbing dan diarahkan dengan baik, maka hal itu akan membawa dampak buruk bagi masa depannya.Â
"Manusia merusak dirinya sendiri, lewat egoisme, ketidakpedulian, ambisi, dan serakah. Mereka seperti virus yang berkembang tidak terkendali di bumi, hingga pada satu titik, 'membunuh' inangnya sendiri, planet bumi," halaman 301.
Identitas Buku:
Judul: Sesuk
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Sabak Grip
Tahun: 2022
ISBN: 978-623-99878-8-6
Jumlah Halaman: 329 halaman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H