[caption caption="Yusril Ihza Mahendra - kompas.com"][/caption]Yusril Ihza Mahendra pakar hukum dan pengacara hebat kali ini tidak main-main untuk ikut pemilihan gubernur DKI 2017. Banyak prestasi mengagumkan telah dibuat Yusril yang mengharumkan namanya di bidang politik dan hukum. Hal ini membuat lawan politik dan hukum "ketakutan" melawan dia. Dibandingkan Yusril, prestasi Ahok dibidang hukum tidak ada apa-apanya. Seujung kuku Yusril sekalipun Ahok tak bisa menyainginya.
Pada bulan Mei 2016 nanti Pemprov DKI akan merelokasi penduduk Kampung Luar Batang Penjaringan, Jakarta Utara. Tentu saja hal itu ditentang warga dan sejumlah pihak. Mereka akan melawan penggusuran dan relokasi itu. Untuk itu, warga meminta Yusril Ihza Mahendra menjadi kuasa hukum mereka.
Yusril mau jadi pembela hukum karena idealismenya selaku pengacara dan rasa empati kepada nasib warga Luar Batang. Sosok seperti inilah yang dinanti-nanti warga untuk jadi pemimpin hebat mereka.
Yusril bahkan berani menantang Ahok atau Pemprov DKI untuk menunjukkan bukti hukum, yakni sertifikat hak milik dan bukti bahwa Kampung Luar Batang adalah aset Pemerintah DKI. Sebelum penggusuran terjadi Yusril tak perlu menunjukkan bukti dan sertifikat hak milik warga kepada Pemprov DKI karena Yusril merupakan pakar hukum dan pengacara hebat. Jadi yang harus menunjukkan bukti adalah pemerintah daerah (Pemprov DKI), bukan warga.
Dia akan membela setelah warga digusur. Kalau belum digusur tentu saja belum dibela secara pro-aktif. Cukup menantang dan berkoar-koar lewat media massa saja. Mungkin ini dimaksudkan untuk memperjelas status profesi sebagai "pembela".
Selain itu, Yusril berani mengatakan, "Ahok itu ngomongnya kayak setrikaan, kemarin bilang Pasar Ikan yang digusur, Luar Batang tidak. Sekarang katanya Luar Batang yang digusur, tetapi kami akan melawan."
Sampai kini Ahok belum menanggapi untuk mengimbangi ucapan Yusril. Mungkin Ahok masih ragu mengatakan "Yusril juga kayak setrikaan". Atau bisa jadi saat ini Ahok sedang siapkan kata-kata yang tepat, misalnya "Yusril kayak pengharum setrikaan", "Yusril kayak kabel setrikaan", "Yusril kayak papan setrikaan", dan lain lain. Intinya jangan sampai keluar dari terminologi-lingkup setrikaan sehingga perang kata jadi kontekstual dan berimbang.
[caption caption="Salah satu sudut Kampung Luar Batang II - panel.mustangcorps.com"]
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/04/25/jakut-kawasan-kampung-luar-batang-1-571d6d4823b0bd66048b4587.jpg?v=600&t=o?t=o&v=770)
Melihat prestasi Yusril dalam bidang hukum kemungkin besar Ahok kalah. Bila Yusril menang, maka dia akan jadi pahlawan warga Luar Batang. Jadi kini Yusril bukan hanya sebagai Bakal Calon Gubernur DKI. Dia juga merupakan Bakal Calon Pahlawan. Ketika nanti secara resmi pembelaan penggusuran dimulai, status Yusril meningkat jadi Calon Pahlawan. Setelah menang di pengadilan, naik lagi menjadi Pahlawan. Dengan bekal sebagai Bakal Calon Pahlawan hingga jadi Pahlawan maka tinggal masalah waktu saja Yusril jadi Gubernur DKI Jakarta.
Sementara Ahok cuma seorang bakal calon Gubernur dan bukan Bakal Calon Pahlawan dan bukan calon Pahlawan. Tentu saja Ahok kalah mentereng. Istilah orang warung kopi; "Sebelum tanding, Ahok sudah kalah set". Sangat mustahil mengalahkan seorang pahlawan!
Adalah suatu yang langka dan membanggakan banyak pihak bila seorang Pahlawan mengikuti pemilihan Gubernur. Bukan jamannya lagi memangku jabatan gubernur dengan bekerja transparan, berani tegas, penuh kejujuran dan inovasi untuk kemudian jadi Pahlawan bagi masyarakat.