Kepada kesedihan, bunga berikan penghiburan dan penguatan. Kepada kegembiraan, bunga berikan ucapan selamat dan semangat berkarya sembari tak lupa bersyukur.
Bunga bukan sekedar tanaman biasa. Bagi manusia, bunga punya arti simbolik dalam kehidupannya. Di dalam kehidupan itu ada dua buah ruang besar yang sudah pasti pernah dimasuki manusia, yakni suka cita (kegembiraan) dan duka cita (kesedihan). Ketika manusia berada di dalamnya maka bunga pun turut menemani.
Bunga hadir di kedua ruang itu untuk memberikan sentuhan kemanusiaan pada sisi terdalam si manusia-yang seringkali dilindas putaran beban duniawi. Bunga datang tanpa bawa keriuhan karena ia tahu di ruang itu berisi keheningan. Di sana ia berbicara lembut mewakili berjuta kata yang dimiliki manusia namun tak mampu terungkap.
Di ruang kesedihan maupun kegembiraan bunga hadirkan harapan karena ia tahu manusia harus menjalani waktu dan peristiea baru di perjalanan kehidupannya. Kepadanya bunga ingin katakan "kau tidak sendiri. Ada banyak teman yang menyertaimu. Apapun kondisimu.".
Bahasa bunga tak mengenal siasat dan tendensi dunia politik walau seringkali hadir si peristiwa politik. Ia datang kesana agar setiap manusia politik itu ciptakan jalinan harapan dan kebajikan. Untuk itu kehadirannya memanggil para nurani tersesat, dibangunkannya yang tertidur, dirangkulnya yang tersisih dan diobatinya yang terluka.
Bunga tak perduli apakah pemilik kedua ruang itu manusia yang dimusuhi banyak orang atau yang dikasihi sekelompok orang. Baginya ruang kegembiraan atau kesedihan tak mengenal dikotomi lawan-kawan. Semua dianggap sama, mereka butuh harapan lebih baik dalam hidupnya.
Kalau kemudian arti bahasa bunga diselewengkan dengan ragam saling silang telikung kata dan suara cemooh manusia, hal itu tak menyurutkan spirit perjalanannya ke ruang-ruang terdalam manusia itu sendiri. Perjalanan itu meninggalkan jejak yang jelas sejak dari titik keberangkatan setiap penjuru mata angin hingga tiba di ruang kegembiraan atau kesedihan.
Dengan mata nurani jejak itu terlihat berisi empati dan ketulusan. Dan bunga percaya setiap manusia tak akan bisa mengingkari nuraninya walau ditutupi beragam kata kotor sekalipun. Untuk itu ia tetap sabar mengajak mereka meniti jejak itu sebagai rute perenungan perjalanan hidup mereka sendiri.
----
Peb29/04/2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H