Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[SuDuK] Penderitaan jadi Penulis di Kompasiana

21 Januari 2016   20:10 Diperbarui: 21 Januari 2016   20:18 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber gambar ; http://3.bp.blogspot.com/"][/caption]

Kata orang awam, 'Ngapain juga masuk Kompasiana? Tak ada untungnya menulis di Kompasiana !'

Begitu masuk ke laman Kompasiana, anda butuh kuota internet. Kuota harus dibeli. Beli kuota pakai uang. Bukan pakai daun !

Selanjutnya kuota internet berkurang tanpa anda bisa minta kembali. Padahal kalau uang itu anda belikan teh botol, haus anda akan hilang. Botolnya dapat anda kumpulkan dan jual kembali untuk membeli barang lain. Atau uangnya bisa anda tabung untuk membeli mobil baru, minimal pesawat terbang untuk anda jalan-jalan ke daerah lain.

Sampai di sini anda sudah paham, bukan? Kalau belum paham, kita lanjutkan sampai anda paham.

Menjadi member Kompasiana, sudahlah tidak untung, anda juga bakal menderita. Ketika membuka Kompasiana, belum tentu bisa langsung masuk. Internet lelet, atau server Kompasiana eror, padahal saat itu hasrat anda sedang tinggi. Maka anda harus menunggu beberapa waktu.

Bayangkan, bila anda lagi 'kepengen' tapi ditahan-tahan. Ini sungguh menyiksa, bukan? Ketika anda sedang kepengen buang air, tapi ditahan, apa tidak menyiksa? Ketika anda lagi pengen ML (Makan Lemper) kesukaan tapi ditahan, apa tidak tersiksa? Ketika anda berhasrat bertemu kekasih, tapi tertahan, anda akan tersiksa.

Ketika kemudian harus Menunggu loading, maka anda terjebak pekerjaan yang membosankan dan menyiksa! Padahal kalau anda pengen nonton sinetron, tinggal klik chanel di tipi yang jumlahnya bejibun. Saat itu juga tertayang. Anda pun terpuaskan melihat mimpi-mimpi, bukan?

Jadi jelas bahwa masuk Kompasiana itu tidak untung dan sangat menyiksa. Kombinasi 'Tidak Untung dan Tersiksa adalah Penderitaan.

Lalu, kenapa sampai saat ini saya tetap berada di Kompasiana? Bukankah itu sebuah kebodohan yang masif ?

Untuk menjawabnya, anda harus masuk Kompasiana dulu. Nanti anda akan tahu jawabannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun