Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sesat Pikir Publik pada Kasus M. Sanusi

7 April 2016   21:06 Diperbarui: 7 April 2016   21:14 1737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta Mohamad Sanusi II sumber gambar ; http://m.antaranews.com/berita/554099/pengacara-sebut-sanusi-terima-uang-pertemanan-bukan-suap"][/caption]

Publik memang kejam. Suka main tuduh orang baik-baik seperti M.Sanusi. Masak dia yang santun dan berteman banyak itu dikatakan menerima suap dari Agung Podomoro Land? Sudahlah dikatakan menerima suap, publik kemudian menuduh beliau korupsi. Apa-apaan ini?

Mau jadi apa negeri ini kalau selalu menuduh. Kata bu guru, menuduh itu fitnah. Fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan. Paham?!

Cobalah publik jangan berburuk sangka. Belajarlah berpikir jenih. Biasakan melihat konteks sebelum mengeluarkan pernyataan. Itu baru orang cerdas. Manfaatkan media untuk belajar dan menambah ilmu, bukannya hanya untuk bersenang-senang di Medsos. Paham?!

Tokoh yang banyak teman dan santun M.Sanusi tidak menerima suap. Dia tidak korupsi. Pertemuan beliau dengan Presiden Direktur Agung Podomoro Land Ariesman Widjaja, karena sama-sama berprofesi sebagai pengusaha properti. Mereka berdua adalah teman yang sudah saling kenal lama. Jadi uang yang diberikan Ariesman itu bukan uang suap, melainkan uang pertemanan. Sekali lagi saya katakan Uang Pertemanan!

Publik harus melihat konteks mereka berdua, yakni sebagai teman dan sama-sama pengusaha properti. Ini sangat jelas konteksnya, bukan?

Saya tidak mengada-ada. Tidak sedang halusinasi. Pernyataan cerdas saya ini berdasarkan referensi dari Krisna Mukti, SH yang seorang ahli hukum. Dia profesional hukum. Dialah Pengacara M. Sanusi yang mumpuni. Dari beliaulah pikiran saya dicerahkan dan tersadar bahwa selama ini publik telah sesat pikir tentang anggapan suap M. Sanusi.

Saya harap, dengan artikel ini Publik jadi sadar dan bisa ikut tercerahkan seperti saya. Siapa lagi yang mencerahkan orang lain kalau bukan saya yang cerdas ini ?
Kalau bukan sekarang kapan lagi?
Kalau bukan saya, siapa lagi?

Saya harap publik paham dan tersadar ini hanya artikel, jadi bukan karangan faktual secara lengkap dengan panjang tertentu yang dibuat untuk dipublikasikan di Kompasiana.

Saya harap publik mengerti bahwa saya tidak pakai celana karena saya tidak berteman dengan celana. Saya dan celana bukan satu profesi. Paham?!
---------

Pebrianov 6/04/2016
(Orang Paling Cerdas di Celana)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun