[caption caption="Jalan Ke Kampung II Dokumen Pribadi"][/caption]
Ditempat ini aku telah jadi yang dunia mau. Olehnya aku berbaju aneka warna dan bentuk. Disematkannya berpuluh emblim Kuraup semua serunut ruangku mendunia
Aku dikukuhkan jadi warganya
Dijejakkannya di panggung seturut suara dan mimikku
Dipilihkannya ruang bagi semua gerakku
Darinya....
Aku jadi seolah budak waktu
Aku jadi seperti pemuja rotasi
Berdifusi ke medan laga bebas
Dibenturkan kontur ornamentasi
Bergesek di ragam permukaan
Bertarung di deras tekanan udara
Hingga aku pun berpijar dalam hasrat dunia, dan bukan pada imajinasi yang kumau
Tapi di kuadran putaran waktu saat ini
jeda hadir menjemput ruang batinku
Dihantarkannya hulu perindu
Disanalah aku selalu ingin bersimpuh.
Tempat dahulu aku bukanlah siapa-siapa
Tempat aku berkejaran dengan sekawanan ternakÂ
Bergelimang lumpur
Menghirup aroma tanah basah
Melepas sorak laksana masa kanak-kanak lalu
Seraya tergelak dan menangis di antara kerabat dan famili
Tanpa warna baju yang membuat aku dan mereka berbeda
Tanpa perbudakan waktu yang membuat aku kehilangan kesetiakawanan
Tanpa panggung yang membuat sosok kami tak sama tinggi
Di sanalah rumah batinku selalu terpanggil
Sebuah ruang besar berpenuh ketulusan cinta
Tempat rindu tak pernah surut,Â
namanya Kampung Halaman
-----
Bukit 'Sinyal', Dusun Lintang Pelaman, Sanggau, pedalaman Kalimantan Barat 03/07/2016Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H