Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Rahasia Kemenangan Zulkifli Hasan Jadi Ketua PAN

2 Maret 2015   21:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:16 979
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1425280614983493867

[caption id="attachment_371162" align="aligncenter" width="420" caption="gambar ; Zulkifli Hasan, sumber gambar ; http://www.rmol.co/images/berita/normal/331033_03370824022015_zulkifli_hasan.jpg"][/caption]

Zulkifli Hasan (ZH) menang lawan Hatta Rajasa (HR)-sang incumbent. Ada apa dengan Hatta Rajasa? Apakah era keemasannya sudah lewat?

Terlepas dari telikung dan kasak-kusuk klise Amien Rais yang (selalu) turun gunung hingga mengaburkan sosoknya sebagai seorang Pandito sejati, seorang Zulkifli Hasan memang layak memimpin PAN saat ini. Berangkat dari seorang yang bukan siapa-siapa, dia perlahan-lahan naik di pentas politik Nasional, hingga akhirnya terpilih jadi Ketua MPR.

Secara psikologis inilah yang jadi SIM Card seorang ZA untuk meyakinkan pemilihnya untuk bangga menjadikannya ketua PAN.

Menjadi ketua MPR adalah sebuah posisi bergengsi di elite politik nasional. Secara hierarkis MPR lah lembaga tertinggi di negara ini, walau dalam 'kesehariannya' lembaga ini kalah populer dibanding DPR atau si 'tetangga luar komplek' seperti KPK. Tak masalah, toh faktor hierarkis tersebut bisa dijadikan pegangan untuk menaikkan citra PAN.

Terlebih saat ini PAN tidak ada kadernya di kabinet Jokowi akibat 'kalah perang' di pilpres lalu. Menjadi Ketua MPR adalah 'hadiah hiburan sebuah kompetisi-yang oleh PAN digosok-gosok, ditiup-tiup, dieman-emankan kemudian dibingkai dan dipajang menjadi sebuah simbol diri; bahwa PAN masih eksis di pentas nasional.

Hal tersebut akan lebih gagah lagi bila yang menjabatnya adalah ketua partai, bukan seorang 'petugas partai'. Maka ZH yang lebih duluan jadi ketua MPR 'dikukuhkan' jadi ketua PAN. Dengan demikian pembentukan 'simbol diri' PAN menjadi utuh.

Partai PAN tidak akan malu bila 'bergaul' dengan partai lain. Karena mereka punya properti yang bisa dibanggakan.

Bagaimana dengan Hatta Rajasa?

Secara 'skill, kharisma dan ketokohan' Hatta Rajasa (HR) tidak kalah, bahkan masih unggul dibandingkan ZA. Seorang HR merupakan sosok politikus yang tenang dan tampak intelek, jauh dari kesan preman, asal njeplak-ngomong, dan main tabrak seperti banyak tokoh di situasi politik nasional seperti saat ini.

Namun usai pilpres kemarin sosok HR babak belur dan 'dinyatakan secara de facto sudah habis'. Itulah batas terakhir masa keemasan HR secara psikologis sebagai sebuah simbol Partai PAN. Lain halnya kalau dia waktu itu menang jadi Wakil Presiden RI, maka ZA harus menunggu 5 tahun lagi kalau mau jadi ketua PAN.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun