Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

PR Besar Ahok Usai Deklarasi Pilih Jalur Parpol

27 Juli 2016   22:53 Diperbarui: 28 Juli 2016   11:46 2093
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar ; www.beritamax.com

Ketika publik masih sibuk dan fokus pada Reshuffle Kabinet Jokowi Jilid II, Ahok mengumumkan dirinya maju Cagub DKI2017 lewat jalur Parpol. Momen yang diambil Ahok kali ini secara kebetulan atau disengaja cukup cerdik karena berdekatan dan masih hangatnya berita Reshuffle Kabinet Jokowi. 

Keputusan Ahok memakai jalur Parpol bukan hal baru dan tidak terlalu mengejutkan karena sejak awal dia punya dua tiket yakni ikut Pilgub melalui jalur Independen (dukungan KTP masyarakat) dan dukungan tiga Parpol (Hanura, Nasdem, Golkar).

Tiket jalur parpol sudah diambil Ahok, sementara Tiket Independen yang semula dipegang Ahok adalah milik publik. Kini tiket itu dia tinggalkan, tapi dia harus mempertanggungjawabkannya agar tidak kehilangan simpati publik.
Pertanyaannya sekarang ; bagaimana cara Ahok sebagai 'Utusan Parpol' menjaga harapan pendukungnya yang sudah rela memberikan KTP?

sumber gambar ; images.detik.com
sumber gambar ; images.detik.com
Pekerjaan Rumah Ahok Setelah jadi 'Utusan Parpol'

Tak bisa disangkal bahwa sebagian publik menginginkan Ahok maju lewat jalur independen karena dimata sebagian publik image parpol jelek. Publik merasa muak dengan perilaku dan kiprah parpol di pemerintahan dianggap tak sesuai harapan. Sejumlah peristiwa politik yang dilakukan politisi dengan dukungan partainya sangat mengecewakan publik.

Kini Ahok adalah 'Utusan Parpol'.  Suka atau tidak suka, publik melihat Ahok telah berbusana Papol yang berwarna warni. Dibalik busana itu, publik menduga-duga ada banyak jebakan yang bisa melemahkan Ahok kelak bila kembali memimpin DKI Jakarta.

Disisa waktu yang ada menuju Pilgub DKI2017, sembari menyelesaikan tugas rutinnya selaku Gubernur, Ahok harus bekerja ekstra keras menjalin komunikasi terus menerus dengan para pemberi KTP yang dia 'kecewakan'. Dia jangan keasikan 'berasyik masyuk' dengan parpol pendukungnya.

Ahok kini bukan lagi sebuah 'role model' demokrasi baru dan pemimpin independen seperti harapan semula publik. Ini yang menjadi titik kekecewaan paling besar publik pendukungnya. Untuk itu Ahok harus terbuka tentang baju yang dipakainya tidak ada jebakan, tidak memberatkan langkahnya dan bukan sebuah kamuflase kepemimpinan (akal-akalan kekuasaan). Harus jelas sejauh mana independensi dan kemerdekaan yang dia miliki walau berbaju parpol. Komitmen apa yang telah dia dapatkan dari parpol pendukungnya.

Ahok kini tak bisa 'sombong lagi' bahwa dia jujur, transparan dalam bekerja, punya program bagus, dan hasil kerja yang selama ini telah dicapainya. Masalah pada para penyumbang KTP adalah masalah kekecewaan publik dan strategi komunikasi mengambil kembali hati mereka. Kalau ini tidak dilakukan Ahok, walau dia sudah nyaman dan aman di gerbong parpol pendukungnya jangan harap Ahok bisa melenggang dengan nyaman di perhelatan Pilgub DKI2017 nanti. Masalah 'hati yang luka' bisa berakibat vatal di bilik suara pemilihan. 

Issue 'kesetiaan' Ahok akan (kembali) dijadikan bahan bakar paling manjur oleh para pesaingnya kelak untuk membakar dan menghanguskan Ahok berikut baju parpol yang dipakainya.

-----

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun