Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Pepih Nugraha, Komandan Kompasiana yang Pendekar Tolak Angin

9 Januari 2015   04:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:30 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_363651" align="aligncenter" width="280" caption="gambar ;http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2013/07/13738641921243144929.jpg"][/caption]

Menyimak tulisan kang Pepih Nugraha bikin saya tertegun. Bukan cuma itu, ada perkelahian perasaan dan pikiran yang sulit saya defeniskan. Seperti jatuh cinta sekaligus patah hati tapi disaat yang bersamaan dapat undian Togel dalam jumlah banyak.

Tulisan itu saya baca habis, seperti makan menu lezat tuntas saya lahap tanpa sebutir nasi pun tersisa. Bahkan kuah yang tersisa di piring diam-diam saya jilat. Perduli setan dengan kesopanan etika makan. Sudah saya katakan, saya lakukan diam-diam. Tak seorang pun yang melihat dan menjadi saksi yang memberatkan.

Dalam tulisan itu ada diskusi bernas yang membuka mata saya tentang posisi Kompasiana di belantara media sosial. Lebih dari itu, saya menemukan seorang Pepih Nugraha yang 'dihajar' dengan arus positif dan negatif dari delapan penjuru mata angin, bahkan oleh koleganya sendiri.

Hebatnya, kang Pepih Nugraha sama sekali tidak masuk angin. Apresiasi yang tinggi saya haturkan kepada Pepih Nugraha. Ini jujur lho, kang. Bukan karena saya pendekar Satire mabok lalu saya main-main. Sama sekali bukan!

Kenapa kang Pepih bisa kuat? Padahal waktu ngobrol singkat dan berfoto dengan dia di Kompasianival2014 lalu badan saya lebih tinggi, lebih kokoh dan tentu saja-walau kang pepih ganteng-tapi saya lebih tampan. Heu...heu..

Kenapa kang Pepih kuat? Saya jadi ingat iklan di tipi ; kang Pepih orang Pintar dan juga Bejo. Jadi dia tak sedikitpun masuk angin. Sukses tolak angin dari delapan penjuru mata angin.

Kok segitunya saya memuji kang Pepih? Apakah ada udang dibalik bakwan? Atau kutil dibalik celana dalam? Heu heu heu...! Hanya saya dan kang Pepih saja yang tahu. Dan saya memberi ruang yang luas bagi pembaca Kompasiana untuk menelurkan teori Konspirasi. Bebas dan sah-sah saja, karena saya menghargai pikiran, perasaan, dan perbuatan anda. Ini virtual intelektual dan masih dalam sopan santun.

Apakah saya sedang menjalankan politik menjilat di Kompasiana? Terserah penilaian pembaca. Bermainlah di ruang intelektual anda. Saya tidak akan masuk angin karenanya.

[caption id="attachment_363656" align="aligncenter" width="644" caption="https://assets.kompasiana.com/statics/files/1400744577233674252.jpg"]

14207278462075303201
14207278462075303201
[/caption]

Ini ada kutipan bagian dari diskusi di tulisan kang Pepih. Lama saya renungkan dan saya jilat berulang-ulang karena saya suka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun