[caption id="attachment_365663" align="aligncenter" width="300" caption="http://www.rmol.co/images/berita/thumb/thumb_272233_12241222012015_abraham_samad-mega.jpg"][/caption]
Gila aja nih PDIP! Apa maunya? Lewat Sekjen partai, diungkapnya pertemuan 'haram' Abraham Samad dengan partai menjelang pilpres lalu.
Langkah buka baju dan celana PDIP ini sangat memalukan. Bikin tertawa para lawan politiknya, bikin rakyat resah dan rusuh, bikin posisi Jokowi lemah padahal sedang 'on fire' membangun Indonesia Baru. Dasar politik kecebong, hilir-mudik tak tentu arah, maunya mencari tambatan, justru tersangkut di mulut ikan besar yang menganga. Upaya konyol kecebong untuk bernapas tadi telah mengubah takdirnya menjadi katak yang bisa melompat jauh.
Apa yang dilakukan PDIP itu tak lepas dari polemik penetapan Budi Gunawan jadi tersangka oleh KPK. Sementara PDIP sangat mengiginkan Budi Gunawan jadi kapolri. Karena kecewa, PDIP mengungkapkan 'kekesalannya' dengan mengungkapkan pertemuan PDIP-Samad di masa lalu sehingga 'seolah' Abraham Samad punya dendam pribadi karena pernah digagalkan Budi Gunawan untuk menjadi cawapres mendampingi Jokowi.
Melalui Hasto Kristiyanto, Plt Sekjen PDIP diungkapkan adanya pertemuan-pertemuan 'haram' Abraham Samad dengan PDIP untuk pencalonannya jadi cawapres mendampingi Jokowi. Namun di ujung waktu, Abraham Samad tak terpilih melainkan JK.
Mengungkap urusan ranjang selingkuh partai PDIP dengan Abraham Samad di masa lalu bukan hal yang tepat dan jauh dari bijak di tengah polemik Budi Gunawan yang belum sepenuhnya tuntas.
Sebegitu kuat, hebat, dan berpengaruhnya Budi Gunawan (BG) bagi PDIP sehingga ketika dia 'gagal' dilantik karena 'manuver' Abraham Samad maka PDIP membela BG dengan secara tega bermulut ember mengungkap selingkuh PDIP-Abraham di masa lalu. Upaya PDIP itu tak akan memenangkan dirinya, justru menghancurkan! Bahkan berbahaya besar bagi kelanggengan Jokowi sendiri.
Dari satu sisi ini merupakan kejujuran, namun dalam politik tak semua kejujuran perlu diungkapkan demi stabilitas publik dan kebijakan pemerintah yang sedang berjalan. Politik harus bermain cantik, melakukan 'white liar' atau 'kebohongan putih' demi tujuan yang lebih besar bagi rakyat banyak.
Politik adalah seni, harus cantik di semua sisi. Walau untuk itu, perlu upaya tambal sulam, ketok magic, dempul dan amplas serta pengecatan yang prima oleh para pekerjanya. Dan para pekerja seni yang jungkir balik di belakang karya itu tak perlulah diungkap secara gamblang karena akan merusak imajinasi penikmat karya seni yang tersaji itu.
Langkah konyol partai PDIP itu sungguh menjauhkan dirinya sebagai sosok pencipta karya seni politik dan menjatuhkan nilai karyanya sendiri yang sempat tersaji hingga kini.
Kita tunggu saja apa kata dunia. Apakah ini hanya manuver pura-pura berkelahi di benteng sendiri untuk memenangkan peperangan politik di luar yang lebih besar? Apakah PDIP kuat bertahan di panggungnya?