Aku masih dalam ruang sadar saat kau beranjak pergi.
Setiap bentang langkah yang kau ambil dan sentuhan tapakmu masih terukur di nalarku.
Satu dua ketukan langkahmu masih menyelip di sela datak jantungku.
Namun kupastikan tak ada lagi dimensi sosokmu di dalam frame lensa mataku.
Lorong yang tadi kau lewati masih dapat kubayangkan.
Iluminasinya menerpa setiap jejakmu dan memantul pada setiap partisi.
Semua itu masih bisa kuukur dengan deret pori-poriku.
Aku tahu letak flek bekas deru nafasmu yang menempel di deret tiang dan dinding kala rasa terakhirmu membuncah
Kupastikan aku tak lagi mampu membacanya sebagai mozaik milik kita.
Ujung lorong itu ada persimpangan.
Itulah tempat kau memilih arah dan kemudian menghilang.
Itulah ruang terakhir bagi tiap sendiku mendeteksi dirimu.
Itulah batas awal aku mulai berkelahi dengan diriku.
Dapat kupastikan dari simpang itu kuterima bilur-bilur baru yang tak mampu kupisahkan dari tiap hentakan langkahmu sepanjang waktu.
--------
Pebrianov17/07/2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H