Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Nurul Aripin, Politikus Cap Kresek

10 November 2014   17:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:10 12655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14155889161416277538

[caption id="attachment_352920" align="aligncenter" width="320" caption="sumber gambar : http://static.inilah.com/data/berita/foto/111714.jpg"][/caption]

Kasihan Nurul Aripin mau muntah malah dihujat banyak orang. Dasar para penghujat tak punya malu dan miskin empati. Sudah jelas-jelas dia mau muntah tentu kesehatannya sedikit terganggu. Bisa jadi karena mitokondria-nya terlilit nafsu kuasa, dan kromosomnya tercampur ambisi. Dia perempuan, masih cantik dan seksi sisakejayaan masa lalu, tapi kini dia tak lagi kuat goyangan tak konstan yang mendera. Saya saja lelaki perkasa kalau digoyang terus akan muntah juga. Anda bohong kalau tidak mengalaminya. Huuh !

Seharusnya Nurul dikasihani, dipeluk agar tak jatuh. Kalau muntah dan ngungsep di kubangan mutahan sendiri nanti cantiknya hilang dan keseksiannya jadi berbau amis. Sungguh tak elok dipandang, bukan? Maka itu, kasihanilah. Dia sudah banyak berbuat bagi negeri ini saat duduk manis di DPR RI-dibandingkan menteri blusukan yang baru kemarin sore dilantik. Dan kini dia terpaksa harus keluar gedung Senayan karena di sana tak ada lagi kerjaan selain koalisi berantem. Sementara di luar, lebih banyak menanti baktinya.

Ayo bantu Nurul. Bawakan tas kresek dan tisu basah. Peluk tubuh sintalnya dengan kemanjaan yang paling banal, dan bisikkan lekat di telinganya dengan suara serak-serak basahmu, katakan: “Jangan muntah, ya sayang.....nanti bau muntahmu bikin banyak orang mau muntah..”

Bisa, kan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun