Ia datang dari aliran bercabang. Tak jelas titik bermula. Berkejarlah  mimpi itu mencari muara
Arusnya begitu deras. Tak jeda bergulung-gulung. Tak malu berganti buih. Tak hirau putaran waktu
Orang-orang mendayungnya di perahu ambisi. Kulihat banyak anak dicambuk orang tua. Kusaksikan suami didesak istri dan istri ditempel suami
Mata mereka membesar menatap tiap riak dan derau. Otot menegang. Keringatnya keluar dari kulit
Kulihat sekelompok orang mematahkan dayung. Melubangi perahu terkayuh. Milik orang lain. Mereka bergerak dalam diam
Kusaksikan orang-orang tenggelam ketika biduknya oleng dan menungkup. Terlalu birahi kah dia pada gelembung?
Aku juga melihat sejumlah orang. Duduk manis di tepian. Tanggannya menghalau tali perahu terkayuh di arus. Otaknya besar dan tapi hatinya hitam
Enak sekali dia, pakainnya bersih. Tak kulihat peluh dan ototnya
Kutanya pada alam. Akankah mereka ke muara yang sama?
Tak kudapat jawaban
Aku bergegas dan teriak. Mengabarkan ketidakadilan. Tapi alam tetap tak bersuara selain tersenyuman kecil. Tanpa melepas tatapan pada mereka