Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mencari Kata-kata

11 Agustus 2016   08:09 Diperbarui: 11 Agustus 2016   11:14 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber gambar ; http://3.bp.blogspot.com/-IkZKlalTxC4/T-r13pLZjeI/AAAAAAAABRM/WlSFY4npi-0/s1600/jati-diri.png"][/caption]

Aku kehilangan kata-kata
Mencari kembali kata-kata, itulah yang harus dilakukan. Bukan meratapinya dalam diam.

Terbayang aku punya alat canggih pencari kata
Tapi kemudian kupikir akan sia-sia
Apa yang bisa kutulis di fitur tanya? Apa yang bisa kulakukan bila ia meminta kata-kata dariku? Alat itu hanya diam! Ia tak punya empati pada penderitaanku.

Kuhampiri ilmuwan cemerlang, tapi kulihat dia sedang mencari sesuatu. Ternyata dia mencari kata-kata untuk pikirannya. Aku jatuh kasihan. Dia tak beda denganku.

Kudatangi rohaniwan.
Berharap dia mau memberi pengganti kata-kataku. Tapi banyak kata yang dia punya hanya untuk Tuhan. Aku pun pergi. Tak lupa kucium tangannya.

Terpikir untuk lapor ke polisi.
Tapi terbayang sulitnya. Butuh proses dan waktu yang lama. Harus membuat berita acara, saksi dan menentukan tempat kehilangan kata-kata itu. Sementara aku tak tahu siapa saksinya dan dimana kata-kata itu hilang.

Tercetus ide mengadu kepada para wakil rakyat di parlemen.
Kutahu mereka punya banyak kata. Mungkin ada kata-kataku terselip di antara mereka. Tapi aku ragu, apakah mereka tulus berbagi yang mereka miliki?
Kalaupun ada kata-kataku diambil, apakah mereka mau mengakui dan mengembalikannya? Bukankah kata-kata telah jadi panggung kebesaran mereka?
Mereka punya banyak kata terbaik untuk dijadikan alasan penolakan, sementara aku tak punya kata untuk terus meminta.

Tadi aku bertemu bidadari cantik di dalam mimpi.
Dia tawarkan diri mencari kata-kata untukku. Tapi ada syaratnya. Aku harus punya banyak aksara, dan menyusunnya dengan indah. Untuk disimpan sebagian di hatinya.
Sungguh semua itu membuatku gugup di hadapannya, karena nyali tak kumiliki.

Aku hanya punya imaginasi, yang kini kubagikan padamu. Agar kamu selalu berjaga untuk setiap kata-katamu.

------

Pebrianov11/08/2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun