Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menanti Humor Segar Prabowo di Kompasianival 2016

3 September 2016   16:04 Diperbarui: 3 September 2016   16:10 1576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber gambar ; http://assets-a2.kompasiana.com/statics/files/1404120078239621223.jpg?t=o&v=760"][/caption]

Kompasianival2016 tak lama lagi akan digelar. Salah satu pembicara penting dalam acara itu adalah Prabowo, ketua partai Gerindra dan mantan capres 2014 lalu. Kehadiran Prabowo ini jadi momen yang bisa ditunggu-tunggu Kompasianer seluruh penjuru mata angin yang berkesempatan hadir di Kompasianival tersebut. Mengapa demikian?

Beberapa kali perhelatan Kompasianival terdahulu, pihak panitia selalu menghadirkan tokoh-tokoh penting negeri ini. Mereka adalah sosok-sosok inspiratif dan juga kontroversial. Inilah yang menjadikan acara Kompasianival selalu menarik diikuti. Kalau nanti tidak ada berbenturan dengan jadwal syuting iklan korek kuping di Antartika saya pun ingin kembali hadir di Kompasianival tahun ini.

Dua perhelatan Kompasianival saya datang, yakni tahun 2014 dan 2015. Pada tahun 2014 itu usia akun Kompasiana saya masih bayi. Bergambung di Kompasiana masih hitungan bulan namun saya sangat penasaran untuk hadir. Saat jelang Kompasianival2014 itu saya sedang mengadakan penelitian etnografi di pedalaman Kalimantan. Tidak ada sinyal. Namun karena keingintahuan yang besar saya usahakan datang ke Kompasianival. Agar tidak lupa, sengaja di tempat menginap, penanggalan sudah saya centang spidol merah untuk saya mulai melakukan perjalanan panjang ke Jakarta.

Salah satu motivasi saya datang kala itu adalah adanya dua tokoh terkenal yakni Ahok (Basuki Tjahaya Purnama) dan  Kang Emil (Ridwal Kamil). Ahok kala itu baru saja dilantik jadi gubernur DKI Jakarta menggantikan Jokowi yang naik jabatan jadi Presiden RI, sedangkan Kang Emil belum lama jadi Walikota Bandung.

Tentang Kang Emil, saya sudah ada gambaran gesture-nya bila tampil di panggung interaktif langsung dihadapan banyak orang kritis. Kebetulan saya beberapa kali mengikuti Munas IAI (Ikatan Arsitek Indonesia) di beberapa kota dan seminar nasional arsitektur dimana beliau jadi pembicaranya. Selain itu juga sering bertemu di kampus ITB. Tapi bukan berarti saya berteman akrab dengan dia, lho....maklum saja, saya kan Lelaki Pemalu. Catat itu!  Heu heu heu...namun kali ini yang ingi saya lihat adalah pandangannya saat jadi orang pusing telah jadi politikus-birokrat sebagai walikota.  Sebelumnya saya masih ingat pernyataan Kang Emil sebagai arsitek profesional berkelas internasional dalam sejumlah acara IAI, dia katakan tidak mau menangani proyek pemerintah karena ‘urusannya birokrasinya ribet dan eksekusi disain seringkali tidak jelas.

Kala itu, saya bersama beberapa kolega yang mendengarnya tersenyum dan saling berbisik ‘kalau belum pernah menangani proyek pemerintah berarti belum sakti karena disanalah kawah candradimuka selaku arsitek di negeri ini’. Proyek swasta yang lebih bebas dalam mengekspresikan desain dan punya dana besar untuk kepentingan owner, sementara di pemerintah dengan dana terbatas dituntut harus hasil maksimal karena berkaitan dengan kepentingan publik luas. Nah, perjalan nasib dia akhirnya menjadi walikota yang notabene adalah pemerintah, lalu bagaimana (perubahan) pandangannya? Bagi saya pribadi perubahan ini menarik !

Tentang Ahok, saya hanya tahu dari media masa saja. Kalaupun ada dialog interaktif hanya di acara Mata Nazwa, pennyan hanya host acara. Bagaimana kalau penanya adalah langsung dari audience? Ini menjadi menarik !

Humor Diatas Panggung

Ketika acara dialog interaktif Kompasianival 214, Ahok tampil bersamaan dengan kang Emil. Sangat seru. Muncul humor-humor segar dari kedua orang tersebut berkaitan dengan dinamika tugas-tugas mereka. Kalau diikuti secara langsung tentu auranya akan berbeda dengan bila kita menonton atau membaca di media yang waktu dan spacenya terbatas. Di panggung live kita disajikangesture hidup.  Disanalah kita bisa memberi penilaian tentang ‘sosok kemanusiaan’ seorang tokoh. Tidak ada editor redaksi. Langsung dimasak dan dimakan ditempat ! heu heu...

Dioalog interaktif itu sejumlah pertanyaan kritis disampaikan para kompasianer. Saya masih ingat satu pertanyaan dari seorang Kompasienar yang kebetulan seorang pegawai pemda salah satu kabupaten di Aceh (saya lupa namanya). Bagaimana Ahok menghadapi tantangan budaya kerja birokrasi yang “khas PNS’ serta tekanan politis yang dihadapinya. Ahok katakan, mengurus Jakarta itu lebih mudah dibandingkan saat dia masih jadi Bupati Belitung Timur. Kenapa Jakarta lebih mudah? Apa strateginya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun