Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lebih Baik Tak Pernah Berangkat daripada Tak Pernah Sampai

4 Januari 2015   23:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:49 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_363105" align="aligncenter" width="304" caption="gambar : http://1.bp.blogspot.com/-ywGCedp1Crk/UYBsSR8gY4I/AAAAAAAACTQ/eqQVW_xLAvQ/s1600/posisi-berkendara.jpg"][/caption]


Ini kalimat penuh makna yang lebih dalam dari lautan dan lebih tinggi dari angkasa.


Kalimat tersebut cuplikan dari pernyataan Ignasius Jonan dalam surat balasannya terhadap surat terbuka para pilot. (http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/01/04/103616526/Ini.Jawaban.Jonan.untuk.Surat.Terbuka.Pilot).


Dalam suratnya itu Ignasius Jonan membuat klarifikasi terhadap beberapa pemberitaan. Selain itu ada pesan penting yakni perlunya melakukan prosedur standar sebelum keberangkatan moda angkutan baik udara, laut, darat dan kereta api. Prosedur tersebut demi keselamatan penumpang karena keselamatan adalah segala-galanya. Menurut dia "Jika terjadi kecelakaan, biaya yang harus dikeluarkan akan jauh lebih mahal karena nyawa manusia tidak ternilai harganya".


[caption id="attachment_363108" align="aligncenter" width="400" caption="gambar : http://imrankiri.files.wordpress.com/2011/10/tips-berkendara-yang-aman.gif"]

14203653591204276504
14203653591204276504
[/caption]


Kalau seseorang tidak pernah berangkat sudah pasti dia tidak akan pernah sampai. Bagaimana bisa sampai bila dia tidak pernah melakukan aktifitas menumpang kendaraan? Atau berangkat namun mengalami sesuatu hal yang luar biasa sehingga tidak pernah sampai ke tujuan.


Banyak hal yang bisa terjadi dalam perjalanan menggunakan kendaraan atau moda angkutan, misalnya karena tersesat atau hilang, atau mengalami kecelakaan fatal yang menyebabkan meninggal di tempat dan hilang.


Bila menggunakan moda angkutan umum, penumpang berada dalam posisi 'pasrah'. Dia tidak tahu banyak apakah angkutan tersebut sudah layak berangkat sesuai prosedur standar atau tidak.


[caption id="attachment_363146" align="aligncenter" width="465" caption="gambar ; http://images.detik.com/customthumb/2013/04/15/1382/192654_keselamatan.jpg?w=465"]

14203838741430169604
14203838741430169604
[/caption]

Penumpang hanya bisa melaksanakan prosedur standar sesuai kapasitasnya sebagai penumpang. Bila naik pesawat tidak boleh menghidupkan handphone, memasang safebelt, tidak merokok, tidak menggoda pramugari apalagi sang Pilot, mau menyimak penjelasan pramugari sebelum take off, membaca lembar prosedur yang ada di depan tempat duduk, dan berdoa. Setelah itu Pasrah....


Bila menggunakan kendaraan pribadi terutama untuk perjalanan jauh, baik sebagai penumpang atau driver, kita mempunyai kekuasaan penuh terhadap segala kesiapan kendaraan. Mau tidaknya menggunakan prosedur standar tergantung diri kita sendiri, mulai dari surat kendaraan (SIM dan STNK), teknis kendaraan (lampu, rem, kanvas kopling, kecukupan angin pada ban, air radiator, Oli mesin dan lain sebagainya). Selain itu tak kalah pentingnya adalah Tabiat Berkendaraan, misalnya : sopan santun berkendaraan baik terhadap kendaraan lain maupun ketaatan pada rambu-rambu lalu lintas, nafsu memacu kendaraan, kebugaran tubuh, teknik mengemudi dan lain sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun