Semakin hari Kompasiana makin seksi. Semakin banyak orang yang tertarik. Mereka yang sebelumnya tak tahu, jadi tahu. Yang tadinya tak mau tahu, diam-diam mencari tahu, yang sudah tahu jadi mengerti, yang sudah mengerti jadi memahami. Sebuah hirarkis maya tentang kedalaman 'keingintahuan mahluk Kompasiana' terbentuk sendiri sejalan dengan waktu dan peristiwa. Semua itu berproses alami berlatar 'ke-hiruk-pikuk-an' ragam kegundahan personal yang tersengat realitas pincang yang mereka tangkap secara massal.
Tak Surut Langkah
Sedikitpun Kompasiana tak pernah hendak surut langkah. Selalu saja ada gelombang peristiwa bersama kegundahan setiap unik persona hadir menegakkannya. Keduanya bahu-membahu menancapkan kaki-kakinya. Di situ mereka menopang momentum dan mendorongnya di tengah-tengah kecuraman kontur kegaduhan, untuk kemudian berdamai dengan elevasi ragam tuntutan.
Saat wajah orde lama Kompasiana berganti ke orde baru, kemudian orde baru berganti ke orde beta, Kompasiana diam-diam menunjukkan keseksiannya. Dia bertingkah genit- menggoda pembaca justru di tengah kegundahan pecintanya ; Antara status-quo si lama yang menawarkan nikmat sharing and connecting dengan si baru progresive yang masih menyimpan pesonanya. Tersenyum dia diantara galau dan hujatan Kompasianer yang gatal mengakses. Bagai tak perduli dia oleh rengekan pembaca yang termehek ingin kembali ke masa lalu. Dia hadirkan sesaat tubuh utuhnya, tapi pun masih dalam remang tatap yang justru menciptakan beribu-ribu ragu Kompasianer.
Tetap Senyum Ditatap Cibiran Alexa
Akan kemana engkau Kompasiana? Akan seperti apakah dirimu melangkah? Sementara jarum grafik Alexa begitu kejam menusuk-nusuk dan menghujamkanmu di elevasi minor.
Dasar si Kompasiana Beta ! Dia tunjukkan keseksiannya justru saat sulit diakses. Lihatlah betapa semakin tinggi ingin para Kompasianer mengakses.Semakin penasaran pembaca merambah fitur. Bahkan semakin bertambah pula para Kompasianer lama bangun dari maqam abadinya. Libido mereka bagai larva yang meletup-letup mencari penuntasan. Disaat itu pula Kompasiana tersenyum simpul dibalik sensualitas vitalnya.
Aah Kompasiana....dassaar kau pengggoda !
Bagi Kompasiana Beta, cibiran Alexa hanya sementara. Karena dia tahu, ketika beta usai bersolek nanti, pucuk singgasana akan tergapai. Bukankah peristiwa dan kegundahan para personal yang tersengat realitas pincang tadi adalah energi pencapaian?
Itulah mengapa Kompasiana tak lekang oleh Ragu.
Â