Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ketularan Menguap di Depan Umum

8 Juni 2017   05:43 Diperbarui: 10 Juni 2017   11:49 932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar ; https://www.inspiradata.com/wp-content/uploads/2017/01/Kantuk-Tips-Cantik-Sehat.jpg

Tak seorangpun tak pernah menguap. Apalagi saat bulan puasa di siang hari rasa kantuk dan lapar sedang di puncak kejayaannya. Hooaamm! Apakah momen menguap itu anda rencanakan sebelumnya? Tentu tidak, bukan? Kalau boleh memilih antara menguap atau mengudap, mungkin anda akan memilih mengudap. Bootul? Heu heu heu...

Menguap seringkali terjadi mendadak pada seseorang. Datangnya seperti pencopet, begitu cepat dan tak terasa. Seringkali orang tersebut tak siap mengantisipasinya. Alhasil, menguap pun terjadi dengan melupakan "teori dan prosedur" menguap yang baik dan benar. Akibat menguap yang "tak prosedural" itu maka bila masih punya malu akan merasa malu. Tapi bila tak punya malu akan membuat orang yang melihatnya jadi malu. Heu heu heu...! Kenapa demikian? Begini....

Aksi di Depan Orang Lain

Saya punya pengalaman tertular orang menguap. Sebenarnya hal itu sering saya alami, namun tidak terlalu saya perdulikan. Tapi kali ini momennya sedikit khusus yang bikin saya 'Nganu'. Semoga pembaca tidak mengalaminya.

Beberapa waktu lalu saya ada kegiatan seminar rutin di kampus. Usai saya melakukan pemaparan materi kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Saat sesi itu tentu saja arah pandangan saya ke arah audience dan fokus ke si Penanya. Ketika si penanya sedang mengungkapkan pertanyaan, mendadak rekan yang berada di sampingnya menguap. Gaya menguapnya tampak "sungguh syahdu dan nikmat". Dunia ini benar-benar miliknya. Otomatis pandangan saya pun ke arah si penguap itu. Mendadak saya pun serasa ingin menguap. Nah, karena sedang berada di depan audience maka saya coba menahannya, tapi tak sepenuhnya mampu untuk tak menguap.

Antara menahan untuk tak menguap dan desakan besar untuk menguap pun terjadi. Saya kemudian mengarahkan pandang ke buku diatas meja untuk mencatat pertanyaan itu sembari tutup mulut untuk menguap sedikit-sedikit. Tentunya saya lakukan dengan maksud agar saya tidak banyak gerakan aneh yang bisa menarikperhatian audience. Maklum sedang di depan, mesti jaim. Bila terlalu banyak gaya saat menguap kuatir malah bikin Nganu.

Akibat menguap yang ditahan, muka saya terasa tegang dan mengeluarkan airmata. Hadeuuh...! Cilakanya hal ini terjadi tidak hanya sekali. Ketika pada penanya lain, ada lagi audience di dekatnya yang spontan menguap. Saya pun kembali "trance" antara menguap atau menahannya. Muka tegang dan keluar air mata. Heu heu heu! Padahal saya bisa pastikan saat itu saya tidak sedang mengantuk, justru sedang on karena berada didepan dan dipandang banyak orang.

Usai presentasi saat berkemas-kemas laptop dan buku saya didatangi seorang kawan. Dengan bercanda dia berkata ; "menguap nih ye,...sampai mukanya tegang gitu, mata mau melotot sambil nangis, euy. Kami pun tertawa. Ingin saya katakan penyebabnya, tapi tidak jadi. Masak melemparkan "malu diri" ke orang lain? Hahahaha!

Cari Referensi Menguap

Saya penasaran soal menguap ini dan ingin tahu lebih jauh. Setelah tiba di rumah saya buka internet dan mampir di "rumah mbah Google" menuju laman yang terpercaya. Saya dapatkan beberapa hal penting soal menguap, mungkin berguna untuk pembaca ketahui.

Menurut kamus KBBI, arti menguap adalah "perihal (perbuatan) mengangakan mulut dengan menarik dan mengeluarkan napas karena mengantuk". Jelas disini dikatakan "menguap karena mengantuk".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun