[caption id="attachment_374933" align="aligncenter" width="300" caption="gambar : http://sahabathawa.com/wp-content/uploads/2013/03/panggilan-sayang-300x240.jpg"][/caption]
Dunia bujangan tidak sama dengan berkeluarga. Kalau dibuatkan daftar perbedaannya akan panjang. Masing-masing punya dinamikanya tersendiri.
Satu hal unik setelah berkeluarga adalah panggilan nama asli jadi berubah di pergaulan. Kaum perempuanlah yang paling sering mengalaminya. Misalnya; waktu masih single dipanggil Ifani. Setelah bersuamikan Bambang dipanggil bu Bambang. Setelah punya anak bernama Elde, maka Ifani alias bu Bambang akan di panggil Mak Elde atau Mama Elde. Ini terus berlaku walau Mak Elde tadi melahirkan 7 anak.
Saat menjemput anaknya di sekolah, Ifani tetap dipanggil Mama Elde oleh sesama orang tua murid walau yang lagi ditungguin itu adalah adik-adik Elde yang bernama Gatot dan Jati.
Panggilan Mama Elde awalnya agak janggal bagi Ifani pribadi, atau teman-teman dekat seperjuangannya saat single. Tapi dengan berjalannya waktu, panggilan itu jadi biasa. Bahkan mungkin ibu-ibu itu tak tahu siapa nama asli Mama Elde.
Nasib panggilan kaum lelaki agak beda dibandingkan perempuan. Bambang yang mengawini Ifani tidak serta merta dipanggil Pak Ifani. Tapi setelah punya anak baru lah Bambang dipanggil Papanya Elde.
Perubahan nama panggilan pada pasangan suami istri seperti itu bermula dari kalangan keluarga atau sanak family. Akan nyata terlihat saat acara arisan atau silaturahmi besar keluarga. Dari situ merambat ke pergaulan lebih luas.
Perubahan nama panggilan banyak terjadi karena pengaruh budaya, khususnya pada beberapa etnis tertentu di negara kita. Akan tidak sopan bila menyebut nama asli saudara setelah dia berumahtangga, walau usaia sebaya dengan kita dan waktu masih single dengan entengnya kita panggil nama aslinya.
[caption id="attachment_374934" align="aligncenter" width="365" caption="gambar ; http://2.bp.blogspot.com/-I_fgFkWLb9s/UIHemK58VKI/"]

Perubahan 'nama panggilan' bertujuan baik. Salah satunya sebagai bentuk 'penghormatan dan pembatas diri' bahwa yang bersangkutan sudah berkeluarga, sekaligus mengingatkan adanya tanggungjawab lebih besar.
Uniknya, dahulu nama asli biasanya dibuat dengan 'susah payah'. Diperlukan acara adat tertentu dalam keluarga untuk pemberian nama. Tapi ketika terjadi perubahan panggilan tidak ada acara adatnya ! Seolah hadirnya anak menjadi otomatis dan tanpa syarat !