Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kata di Ruang Hening

10 Desember 2016   02:33 Diperbarui: 10 Desember 2016   03:20 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: awakenedvibrations.com

Kata serupa mahluk liar. Tak ada teritori tetap bagi hidupnya. Semesta adalah miliknya. Jagat raya jadi rumah besarnya. Hamparan di tiap mata angin adalah tempat bermain dan ruang bermimpi terindah.

Seringkali perjalanan semesta tak selesai bercerita pada kata. Gagal pula kata menghidupkan kematian logika sebagian imajinasi di ruang bicara. Padahal telah dilihatnya beragam diorama. Banyak jiwa gelap dan haus lahirkan tragedi. Kecewa jadi makian. Semerbak wangi jadi aroma kebusukan. Misteri bersekutu dengan pertanyaan abadi yang menyimpan hulu ledak. Dan, di ruang hening itu pula kata harus terima bilurnya.

Bila suatu ketika berhenti di ruang hening, akan matikah kata?Tentu tidak...

Kau harus yakin, hening selalu punya cara berbicara pada kata. Biarkan segenap pembuluh tubuhmu mendengarkannya. Karena setiap diri punya ruang hening yang serupa. Disanalah banyak kata bisa mekar mewangi bagai bunga pagi. Wujudnya jadi terang dan hapuskan dahaga. Mereka tak lagi tumbuh liar menusuk tapak kaki para pejalan semesta yang mencari kebenaran.

------

Peb9/12/2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun