[caption id="attachment_355409" align="aligncenter" width="640" caption="ttps://lh4.googleusercontent.com/-WlOl-pR7exk/VFyC66t8JpI/AAAAAAAAWQo/hA-OIUhOh7Q/w640-h400-p-k/Jokowi%2Bahok%2Bsusi.jpg"][/caption]
Dibalik pembawaan tenang dan ndeso, Jokowi menyimpan wujud diri bagai radioaktif. Bentuknya kecil tak menarik dan tak pernah punya ordinat tetap. Selalu bergerak, melompat-lompat, berputar dan menyundul setiap permukaan. Disitulah dia meraup puncak eksistensi sekaligus kontroversi. Ada bidang yang masif memantulkan lentingannya. Ada yang seolah menariknya melekat. Namun dasarlah sebuah radioaktif, tak satupun bidang mendapatkan mau karena radioaktif sangat liar bergerak. Usai membuahi kontroversi Susi, Jokowi melentingkan BBM, dan menobatkan Ahok si bintang ceplas-ceplos sebagai gubernur. Ketiganya menuai banyak pertentangan selain sejumlah apresiasi. Tapi dengung pertentanganlah paling nyaring, sebuah antiklimaks dirinya dari media darling dahulu.
Saat kini menduduki kursi Presiden, dia bagai pecandu kontroversi yang akut. Namun anda tak perlu membawanya ke panti rehabilitasi karena disatu momentum dia 'merusak' citra dirinya untuk menjadi reaktor energi bagi banyak orang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H