Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Jenguk Kerabat Sakit Mendadak tapi Bingung, Mau Bawa Apa?

2 Agustus 2016   13:36 Diperbarui: 3 Agustus 2016   00:59 5347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: www.go4healthylife.com

[/caption]Relasi sosial dalam Kehidupan sehari-hari di negeri ini banyak ragamnya. Silaturahmi atau kunjungan ke keluarga, kerabat atau teman tidak semata saat hari biasa dan ada perlunya, kala pesta atau hajatan pesta saja. Namun disaat kemalangan pun hal itu 'harus' dilakukan seperti melayat dan menjenguk kerabat sakit.

Peristiwa yang sering mengagetkan adalah kemalangan. Hal ini beda dengan hajatan atau pesta yang jauh hari sudah ada pemeritahuan baik lisan maupun tulisan. Kalau undangan pesta atau hajatan tentu ada persiapan, mulai dari busana yang akan digunakan, waktu berangkat, dan tentu saja 'hadiah' yang akan dibawa.

Pada peristiwa kemalangan seringkali kita mendapatkan informasi mendadak karena kemalanganpun sifatnya mendadak. Misalnya kita baru sampai di rumah dari berpergian, belum mandi, tiba-tiba dapat kabar seorang kerabat masuk rumah sakit karena sesuatu sebab. Bisa jadi masuk rumah sakit setelah sekian lama opname dan kita baru menerima informasi dari teman atau kerabat lain, namun bisa juga opnamenya baru saja karena mendadak dapat serangan penyakit tertentu.

Buah tangannya apa?

Mendengar kabar tersebut kita pun bergegas ingin menjenguk, tapi di perjalanan baru ingat 'buah tangan' apa yang mesti dibawa untuk si Sakit. Tapi bingung apa yang akan dibeli? Apalagi bila perginya dengan pasangan, istri/suami/pacar atau teman-teman. Seringkali diperjalanan itu justru berdebat untuk menentukan 'buah tangan'.

Pada umumnya ada beberapa pilihan, bisa berupa bunga, buah-buahan atau kue tertentu, buku bacaan kegemaran, mainan, dan lain-lain. Tapi apakah hal itu sudah tepat? Apalagi bila informasi yang kita dapatkan tentang sakitnya belum jelas. Bisa jadi bunga tidak tepat, sementara buah-buahan atau kue itu justru pantang. Kadang berpikiran praktis ; 'ah, yang penting datang saja dulu setor muka". Tapi kok ada yang sreg dan serasa kurang pantas. Bagaimana kalau uang dalam amplop? Bisa saja. Tapi nanti diberikan pada siapa? Jumlahnya berapa? Lebih bingung lagi bila yang sakit itu itu boss atau atasan yang kaya. Heu heu heu!

Seringkali saat menjenguk di ruang rawat inap, begitu banyak makanan berupa buah-buahan, atau kue atau bunga yang terlihat mubazir karena saking banyaknya atau si Sakit dipantangkan oleh dokter. Atau kejadiannya, makanan itu dijadikan suguhan bagi penjenguk!

Kemampuan membaca situasi

Menjenguk orang sakit berdasarkan informasi yang masih kabur dan mendadak memang punya dinamika unik. Semua dikembalikan kepada masing-masing pribadi, keputusan bersama pasangan atau dengan kelompok dan situasi saat itu.

Kalau saya dalam situasi seperti itu lebih memilih memberikan uang yang dimasukkan ke dalam amplop. Soal besarnya itu relatif. Uang lebih multi fungsi. Kalau pun dianggap kecil dan receh tak masalah. Toh saat sakit, uang receh juga diperlukan, misalnya membeli keperluan kecil mendadak yang tidak tersedia di rumah sakit.
Uang diberikan kepada anggota keluarga terdekat yang di situasi itu kita ketahui standby jaga di rumah sakit, misalnya istri/suami/atau anaknya. Bisa juga langsung ke si Sakit bila memungkinkan.

Momen memberikan uang dalam amplop yang paling pas adalah saat kita akan pamit pulang. Jangan ada rasa sungkan, tak perlu minder dan jangan berpikir yang aneh-aneh. Bagaimana dengan anda?

------

Pebrianov2/08/2016 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun