Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Durasi Pendek Jokowi (Bisa) Memperpanjang Jarak dengan Publik

26 Januari 2015   18:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:20 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14222472901625577530

[caption id="attachment_366161" align="aligncenter" width="603" caption="sumber gambar :http://cdn.klimg.com/merdeka.com/i/w/news/2015/01/23/489637/670x335/pernyataan-jokowi-soal-kasus-bw-tak-lebih-tegas-dari-ketua-rt.jpg"][/caption]


Tidak gampang memahami cara berkomunikasi politik Jokowi. Dua penampilan resminya di istana dan publik tentang polemik Kapolri dan KPK menuai kritik tajam publik. 'Segitu aja tuh yang disampaikan, pak?' Kok singkat sekali, apa solusinya, pak?


Masih banyak kekagetan dan kekecewaan publik terhadap pernyataan Jokowi. Tadinya mereka banyak berharap adanya penjelasan panjang dan detail disertai keputusan yang tepat terdadap polemik tersebut.


Dari pantauan dinamika di sekeliling ; keluaraga dan omong-omong ringan dengan orang-orang dekat, serta gemuruh tanggapan di media sosial facebook dan twitter secara umum dapat terbaca kelompok besar sikap publik.


Beragam tanggapan itu melahirkan beberapa sikap publik yang bisa dipilah beberapa bagian besar :


Pertama, publik yang kaget dan kecewa dan kemudian meragukan kemampuan Jokowi memecahkan masalah negara yang berujung keraguan pada kepemimpinannya.


Kelompok publik ini tadinya berharap banyak adanya solusi jelas, tegas dan cepat menuntaskan polemik. Mereka tak perlu proses, tapi hasil. Dalam anggapannya, Presiden adalah pemimpin tertinggi yang bisa melakukan apapun terhadap lembaga negara untuk ketenangan masyarakat. Ketika antar lembaga tersebut bersitegang, maka presiden bisa mengganti atau memecat pejabat yang bikin masalah. Kemudian memperbaiki hubungan yang rusak tersebut dengan suatu konsep yang disepakati bersama. Persoalan pun selesai. Suhu politik reda, dan pekerjaan lain bisa segera dilanjutkan.


Kedua, publik yang kecewa, namun mencoba namun memahami kondisi politik yang sedang terjadi. Mereka masih berharap Jokowi punya cara jitu yang tak terekspos. Dengan berjalannya waktu akan ada solusi tepa.


Kelompok publik ini memahami bahwa posisi presiden bukan sebagai pemimpin otoriter yang bisa mengambil keputusan.


Ketiga, publik yang setuju dengan pernyataan Jokowi dengan beragam catatan kritis menyertainya. Mereka memahami aturan hukum atau prosedur negara yang membatasi kekuasaan presiden. Dan membenarkan Jokowi tidak bertindak ceroboh terhadap peraturan yang berlaku. Walau mereka menerima namun tidak menutup mata terhadap berbagai 'situasi rawan' yang membahayakan posisi Jokowi dan permasalahan itu sendiri.


Keempat, publik pencemooh dan gembira dengan 'kebingungan, kegagapan dan ketakmampuan' Jokowi. Mereka pada umumnya tidak menyukai Jokowi sejak awal. Apa yang dilakukan Jokowi sebaik apapun tidak ada benarnya. Mereka menuduh Jokowi dengan banyak sangkaan politik yang melatarbelakanginya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun