Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dahlan Iskan Dicampakkan Demokrat, Untung Hatinya Pernah Diganti

18 Mei 2014   01:54 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:25 880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_324091" align="aligncenter" width="480" caption="gambar : http://i1.ytimg.com/vi/q2nfN4ZQ3zg/0.jpg"][/caption]

Konvensi partai Demokrat memenangkan Dahlan Iskan, namun dia batal dijadikan calon presiden atau wakil presiden. Nasib kemenangannya terhenti hanya sampai pada pesta konvensi abal-abalan usai. Tidak ada kelanjutan nasib pemenang seperti tujuan semula mendapatkan sosok yang akan diusung partai menjadi capres atau cawapres. Justru yang dipilih adalah Pramono Edhie, adik Ipar si ‘empunya’ partai. Dimata awam, Dahlan Iskan seolah dicampakkan begitu saja. Percuma konvensi yang memakan waktu, tenaga dan biaya itu diadakan kalau akhirnya hanya sebagai etalase partai Demokrat yang kehilangan tujuannya di tengah jalan.

Seperti yang dikatakan Dahlan Iskan usai konvensi “Dunia politik tidak sama dengan dunia akademis dan bisnis. Di dunia politik banyak kejutan akan terjadi”. Kejutannya adalah dia tidak dipilih menjadi capres atau cawapres. Sebaliknya, yang bukan kejutan adalah penunjukan si bukan pemenang yakni Pramono Edhie.Keduanya sangat kontras.

Sudah lama diduga keputusan-keputusan besar partai sangat tergantung kepada sang ketua umum sekaligus si ‘empunya’ partai. Keberuntungan Pramono Edhie adalah masih keluarga dekat si boss partai. Yang namanya beruntung adalah sesuatu yang tidak dapat diganggu gugat.Itulah gunanya ajaran nenek moyang kita yang terkenal ramah tamah dan berbudi luhur yang lebih mengutamakan azas kekeluargaan, bukan? Sementara sistem kompetisi adalah tidak sesuai dengan ajaran nenek moyang. Heu..heu..

Kecewakah Dahlan Iskan dengan semua itu ? Seperti pengakuannya dia tidak kecewa karena politik memang seperti itu. Dan dia sudah legowo menerima semuanya. Sebagai manusia tentulah awalnya beliau kecewa. Namun semua itu berlarut-lartu dan tidak dia ekspresikan ke muka publik dengan maksud mencari simpati pembelaan. Hati yang kecewa itu telah mampu dimanage beliau sehingga bisa menerima dengan legowo.

Rasa kecewa dan legowo berpusat di hati. Kalau badan yang sakit bisa ditahan-tahan atau disembuhkan, tapi kalau hati yang sakit atau kecewa akan sulit disembuhkan. Bahkan seringkali bisa merusak otak atau akal sehat, yang membuat orang tersebut menjadi berpikiran pendek dengan melakukan tindakan-tindakan kontrapoduktif. Rasa kecewa walau jadi pemenang bagi Dahlan Iskan tidak menjadikan dia manusia kontra produktif. Rasa legowoitu telah mampu dijadikan energi positif untuk dia melangkah lagi.

Kemampuan Dahlan Iskan me-manage kecewa menjadi legowo itu tak lepas perjalan panjang hidup masa lalunya yang penuh keprihatinan. Sebagai seorang pekerja keras dalam membangun kerajaan bisnisnya dari bawah menyebabkan kesehatan fungsi hatinya tidak prima sehingga secara medis harus mengganti hati demi kelanjutan hidupnya.

Hati Dahlan Iskan tidak sama dengan hati orang-orang sehat pada umumnya. Hati Dahlan Iskan tidak sama dengan para elit partai Demokrat. Walau demokrat mencampakkan dia, tak ada masalah karena dia punya hati yang baru. Disitulah keunggulan seorang Dahlan Iskan yang bisa dipetik sebagai pembelajaran managemen hati bagi banyak orang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun