Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apa Pun yang Terjadi, Kata “Temuan” Tetap Milik BPK

23 April 2014   15:44 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:18 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Satu kata yang paling keramat dari lembaga BPK adalah Temuan.Antara BPK dan temuan seperti sudah menjadi identik yang membuat keduanya tersohor. Entah siapa yang pertama kali mempunyai ide menggunakannya jadi ‘milik’ BPK.Mungkin suatu kebetulan karena cocok dengan hobby BPK , yakni : Memeriksa, yang berarti‘melihat dengan teliti untuk mengetahui keadaan(baik tidaknya, salah benarnya pembukuan), menyelidiki untuk mengetahui sesuatu, (lihat KBBI).

Pada kegiatan memeriksa laporan pembukuan, BPK diharuskan Menemukan sesuatu yang kemudian seringkali disebut Temuan. Selanjutnya oleh pembicaraan orang-orang di warung kopi dan media Temuan diterima orang awam dengan penuh khusyuk dan lapang dada.

Temuan berarti “hasil memikirkan dan melakukan percobaan, atau unsur baru yg diperoleh berdasarkan eksperimen”. Kata Temuan dilahirkan dari kata asal ‘Temu’, yangbila dilihat artinya adalah “sua; jumpa”. Namun demikian, Temuan dan Temu sekilas tak ada hubungan. Makna Temuan lebih bersifat sepihak, sedangkan di dalam Temu ada interaksi yang sejajar antara dua pihak yang bersua.Jadi, Temuan seperti durhaka terhadap asal-usulnya.

Kata Temuan diam-diam juga memiliki sifat sombong dan angkuh dibandingkan Temu. Sebagian orang bisa maklum. Ini hanya masalah cara pandang.Temuan merupakan hasil berproses menjadi lebih maju dibandingkan asalnya. Bila kemajuan itu dipandang dari sudut pandang jiwa iri dan dengki, maka kemajuan itu dianggap kesombongan. Cara pandang seperti ini merupakan hal yang jamak dan selalu bikin gemes.

Kandungan dalam Temuan dibawa oleh kata Memeriksa, yakni ‘melihat dengan teliti untuk mengetahui keadaan atau menyelidiki’ menempatkan Temuan pada posisi khas dan keramat.Suasana yang muncul adalah rasa takut dan was-was bila pengelolaan keuangan/pembukuannya saat diselidiki terdapat sesuatu yang salah, keliru, atau tidak tepat.

Menurut Dewa Angin, dalam perjalanannya BPK seperti jatuh cinta pada Temuan. Mungkin pepatah Jawa ; ‘Witing Tresno Jalaran Soko Kulino’ berlaku di sini, yang artinya rasa cinta datang karena terbiasa (bertugas).Namun demikian, cinta mereka dianggap terlarang dan sangat tidak disenangi banyak pihak, khususnya para instansi atau lembaga dengan kepengelolaan keuangan negara yang lemah dan kacau.

Sebenarnya ini hanyalah masalah persepsi yang keliru pada sosok Temuan.Yang namanya pekerjaan memeriksa atau menyelidiki pembukuan tentu saja harus menghasilkan Temuan, yakni benar atau salah,baik atau tidak baik. Kalau pekerjaan BPK itu tidak membawa Temuan, nanti dikira BPK tidak bekerja atau tidak berfungsi.Tentu saja BPK tidak mau dianggap makan gaji buta, dong...

Dalam sejarah gonjang-ganjing, Temuan kemudian menjadi identik dengan ’tidak benar atau tidak baik’.Karena banyak pemberitaan BPK menghasilkan Temuan yang tidak benar atau tidak baik.Jadi seolah-olah bila ada Temuan BPK maka itu pertanda salah atau tidak baik bagi pihak terperiksa.

Banyak instasi atau departemen yang menghalalkan segala cara agar BPK tidak membawa Temuan ketika memeriksa mereka. Dimata intansi-instansi tersebut, Temuan itu berparas jelek, berbusana kumuh, berpenyakit kulit dan berbau kurang sedap. Kalau Temuan sampai muncul, maka bisa mengakibatkan citra lembaga terperiksa menjadi jelek.Kata dewa angin, seringkali instansi atau lembaga tadi melakukan upaya mengganti atau ikut mendandani Temuan ; dari yang tadinya jelek menjadi cantik, seksi dan harum. Tentu saja melalui kerjasama bilateral-mutualisma antara oknum lembaga/intansi dengan oknum BPK yang bermental coro, jelek dan tong sampah namun memiliki skill tukang sulap yang mumpuni.

Sejatinya, antara Temuan dan BPK saling membutuhkan. Konstelasi percintaan mereka hingga kini sulit dipisahkan walaupun mantan ketuanya yang baru saja pensiun langsung dirundung malang oleh pemberitaan korupsi temuan versi KPK.Karena cinta keduanya telah berakar dalam oleh sistem yang kuat, tradisi percintaan yang santun dan modern, maka apapun yang terjadi, Temuan tetaplah milik BPK !

Sampai di sini, bisa jadi anda bingung, kesal dan jengkel dengan tulisan ini, bukan? Itu berarti saya mendapatkan Temuan bahwa kepengelolaan daya baca anda lemah dan tidak baik. Status Temuan untuk anda adalah ‘tidak wajar tanpa kecuali’. Pssstt! ...anda tidak perlu kuatir, status itu bisa saya ubah bila anda bersedia memusyawarahkannya dengan saya secara kekeluargaan di ruang privat untuk mendapatkan mufakat baru.Bukankah ciri khas bangsa Indonesia adalah musyawarah mufakat penuh kekeluargaan? Sayang dong kalau tidak dipakai.

Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun