[caption caption="sumber gambar : http://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/ahok-dan-yusril_20160204_180711.jpg"][/caption]
Ini adalah interpretasi Ahok yang tak bisa juga disalahkan. Namanya interpretasi adalah hak segala individu dan oleh karena itu penjajahan atas interpretasi harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri interpretasi dan peri keadilan.
Kabarnya Ahok ‘merasa’ diadu domba dengan Jokowi oleh Yusril. Hal itu dia ungkapkan menanggapai pernyataan Yusril Ihza Mahendra-pakar hukum terkenal di negeri ini yang berniat ‘nyalon’ jadi guberniur DKI periode mendatang. Perkiraan Yusril, bila Ahok menang pilgub mendatang maka Ahok akan maju juga dalam Pilpres 2019. Berarti akan mentantang Jokowi yang konon akan maju lagi di periode ke II. Kontan pernyataan itu mendapat tanggapan Ahok. Selain merasa diadu domba, Ahok juga menyatakan tidak berminat ikut pilpres 2019. Bahkan dia mendukung Jokowi maju lagi. (sumber berita kompas.com)
Entah bersungguh-sunggguh atau tidak, pernyataan Yusril ini tentu tidak salah dia membuat perkiraan. Sama halnya Ahok berinterpretasi dirinya diadu domba. Sama halnya bila Gatot Swandito, Kompasianer terkenal di negeri ini yang memperkirakan Pebrianov akan mengincar kursi empuk tapi panas (karena sering dapat kecaman bin kriitik) milik Pepih Nugraha di Kompasiana. Tentu saja si Pebrianov akan klarifikasi sejak awal, karena merasa diadu domba dengan Pepih. Pebrianov mesti tahu diri, dengan menjadi Kompasianer bercentang hijau saja sudah syukur tujuh turunan. Jangan sampai karena adu domba Gatot Swandito, Pebrianov tidak bisa lagi mengabdikan diri di Republik Kompasiana.
Urusan politik menjelang pilgub DKI memang makin hangat dan akan menjadi panas. Banyak pihak yang ingin ‘menggoyang’ Ahok diwaktu tersisa menjelang Pilgub DKI2017 nanti. Berharap Ahok yang suka menggoyang birokarsi pemprov DKI dengan berbagai trobosan kebijakan pembangunan akan salah gerak kemudian jatuh tersungkur. Sebagai tukang goyang, Ahok mesti pandai-pandai memilih gerak dari tabuhan irama para pesaingnya. Jangan semua nada yang diterima dia mainkan dengan cara yang sama.
Gaya Ahok sebagai tukang goyang sudah dibaca para pesaing. Mereka menunggu Ahok berditerminasi yang sama untuk semua irama. Celaka bagi Ahok, dia akan keseleo di panggungnya sendiri. Para pesaing pun akan tepuk tangan di bawah panggung, dan siap-siap naik panggung lewat tangga kiri atau kanan.
Tabuhan musik Yusril Ihza Mahendra atau siapapun kelak akan muncul terus sampai mendekati hari H Pilgub DKI. Dan seorang Ahok, haruslah pandai-pandai memilih dan memilah goyangannya. Kalau perlu, tak usah ikut goyang, cukup matanya saja kedap-kedip sambil kedua jempol dimainkan seperti muter tombol radio jadul. Gaya ini seperti yang dulu sering diperlihatkan Kadir-pelawak Srimulat. Mudah-mudahan para pesaingnya kecele, kemudian ketawa ngakak. Dan Ahok harus yakin rakyat akan menilai bahwa ketawa pesaingnya itu sangat sumbang !
Salam goyang-goyang
-------
Pebrianov 9/02/2016
(Pengamat dan Pelaku Goyang-goyang)
[caption caption="sumber gambar : http://2.bp.blogspot.com/-ltXTC3JA4Xs/VmhPy4DBNJI/AAAAAAAAOQM/IqkhdPgzpMc/s640/133342_yusril-ihza-mahendra-datangi-mahkamah-konstitusi_663_382.jpg"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H