[caption caption="Gambar Ahok, sumber gambar ; smeaker.com"][/caption]Tak banyak orang di negeri ini yang mengorbankan dirinya untuk kepentingan orang banyak.
Berani melawan arus saat menjabat posisi penting.
Punya peluang menjadi kaya raya dan hidup nyaman, tapi kesempatan itu tak digunakan.
Hidup penuh sorotan oleh kebijakan jabatannya yang membuat anak dan istri tak tenang tidur di rumah.
Berani melawan sekelompok orang kuat yang berniat menggerogoti uang rakyat.
Sampai saat ini Ahok lah salah satu dari sedikit orang di negeri ini.
Ahok ibarat pemain sepakbola, banyak klub tergiur ingin merekrut dan menjadikannya pemain andalan klub.
Dia penyerang bertalenta sekaligus pemain bertahan yang kokoh.
Selalu bergerak lincah namun sangat rawan dihantam lawan di lapangan.
Mereka tak segan mematahkan kakinya agar kariernya tamat.
Dia bermain menggunakan otaknya, nalurinya dan badannya.
Dia buat berjuta mata terkesima, sekaligus setumpuk geram.
Olehnya permainan tim jadi lebih baik, menarik dan menghibur publik di stadion dan chanel televisi.
Dia bukan pemain flamboyan yang bermain cantik tapi takut beradu fisik.
Baginya totalitas permainan adalah gabungan keindahan bermain dan keberanian bertarung. Konsep menang ada di dalam totalitas itu.
Jakarta adalah pemilik sah Ahok hingga saat ini.
Pada musim laga depan dia akan habis masa kontraknya.
Namun Ahok tak berniat hengkang dari Jakarta.
Tinggal keputusan Jakarta saja, apakah masih berminat menggunakan kepiawaiannya.
Setelah habis masa kontrak bisa jadi Ahok tak lagi bermain untuk Jakarta karena dikalahkan logika kerdil sejumlah orang culas di Jakarta.
Dan bila itu terjadi, Ini kerugian besar Jakarta.
Jakarta akan kehilangan aset berharga, yakni orang yang bisa membuat Jakarta lebih baik dari kemarin.
Jakarta akan kehilangan sosok pembaharu dan berkarakter. Seorang inspirator sekaligus eksekutor handal yang membuat Jakarta jadi hebat.
Ahok memang bukan pemain sempurna. Dia punya kekurangan.
Mulutnya bocor, seolah tanpa kendali. Mengangkangi mazhab etika timur.
Emosinya seperti anak kecil, sangat reaktif. Seolah uratnya tipis. Namun saat ini kelebihannya jauh lebih besar. Menjadikan kekurangan tadi tak berarti demi kemajuan Jakarta.
Kekurangan Ahok telah menjadikan keculasan pesaingnya menyala tanpa henti. Bersiap menghanguskan Jakarta. Sebuah akhir yang tak pernah dikehendaki peradaban.
Ahok hanya hanya anak jaman.
Dilahirkan secara kebetulan pada saat dan tempat yang tepat. Ketika jaman tak menghadirkan orang-orang yang lebih baik darinya untuk mengurus Jakarta.
Mungkin sewindu lagi akan muncul sosok lebih hebat. Jauh melebihi Ahok.
Namun Jakarta harus paham, hidup adalah hari ini, saat ini. Bukan sewindu lagi.
Carpe Dieum, Jakarta
------
Pebrianov6/03/2016