kakak yang bersusah payah dan terus menjaga Ukraina--sang adik--yang dipandangnya masih kecil dan butuh pendampingan.Â
Sejak ibu mereka tiada, Rusia memposisikan diri sebagaiRusia tak ingin adiknya salah gaul dan mendapat celaka. Bagaimanapun, Rusia tetap ingin adiknya tetap dalam marwah sebagai satu keluarga dari ibu kandung mereka.
Sejak Ibu mereka tiada, Adik dan Kakak ini beda rumah, namun berdekatan. Mereka bertetangga samping rumah yang hanya dibatasi pagar seadanya.
Seiring berjalannya waktu, Â sang Adik makin besar, tambah pinter dan mulai nakal. Area bermainnya jauh sampai di pagar bagian depan rumah. Sang Adik juga sudah berani kencing di pagar itu, padahal rumah Adik dan Kakak itu punya toilet bagus yang disediakan mendiang Ibu mereka.Â
Sang Adik juga tak segan membalas sapa rombongan orang asing atau orang yang lewat yang melambaikan tangan. Tak hanya itu, sang Adik berani ngobrol lama dengan kumpulan orang asing itu di pagar depan rumahnya.
Mereka terlihat akrab. Penuh canda. Sesekali sebagian kaki sang Adik melewati pagar, dan gerakan tubuhnya seolah akan melompat pagar mengikuti gerak tubuh kumpulan orang baru itu.Â
Sejak awal, sang Kakak sudah memantau dengan cemas pergerakan sang Adik di balik jendela rumahnya. Pandangannya menembus pagar. Samar-samar didengarnya pembicaraan sang Adik dengan kumpulan orang asing itu.Â
Isi pembicaraan yang tertangkap adalah ajakan para orang asing itu kepada sang Adik untuk pindah rumah ke komplek mereka. Sang Adik ditawarkan banyak permainan baru yang menarik, serta kebebasan memainkannya.Â
Sebenarnya, sang Kakak berkali-kali meneriakkan sang Adik untuk tak menghiraukan para orang asing itu. Dimata sang Kakak, para orang asing itu berniat tidak baik pada sang Adik. Sang Kakak kuatir sang Adik akan melupakan marwah keluarga besar dari mendiang Ibunya.