Pada hari minggu kuposting artikel di Kompasiana. Naik delman istimewa kududuk dimuka. Disamping Mbak Cashier yang sedang bekerja. (peb)
Sebelum posting tulisan pada hari Minggu, cobalah sejenak melihat tulisan-tulisan yang sudah tertayang. Bandingkan antara selang waktu penayangan dengan jumlah pembacanya.Â
Ada tulisan yang sudah tertayang 2 jam, namun keterbacaan "cuma" dibawah 15 view. Bahkan ada tulisan yang sudah 1 jam lalu namun jumlah keterbacaan cuma 5. Padahal tulisannya cukup menarik dan aktual.
Muncul pertanyaan, kenapa bisa demikian? Padahal hari Minggu banyak orang yang  memiliki waktu relatif bebas dibandingkan hari-hari sebelumnya yang dipenuhi agenda pekerjaan.Â
Artikel yang yang diposting pada hari Minggu sehrusnya mendaptkan banyak pembaca. Bukan justru pada hari kerja.
Apakah pembaca justru produktif membaca Kompasiana saat sedang "waktu bekerja"? Kalau demikian, kemungkinan besar pembaca Kompasiana sering melakukan "korupsi waktu bekerja" untuk menikmati Kompasiana. Iiiih ngerrii deh, aaah...
Artikel ini ditulis dan diposting pada hari Minggu usai makan siang, sambil leyeh-leyeh nonton tipi. Artikel ini diperoduksi melalui korupsi waktu leyeh-leyah. Kemungkinan tidak banyak pembacanya, senasib dengan berbagai tulisan lain. Namun demikian, tulisan ini bisa menjadi umber inspirasi para mahasiswa untuk meneliti "Fenomena Rendahnya Tingkat Keterbacaan Artikel Kompasiana pada Hari Minggu".Â
Karena bakal tidak banyak pembacanya, maka tulisan ini cukup sampai di sini. Jangan sampai tulisan ini jadi panjang dengan analisis rumit. Kasihan admin mesti memoderasinya, sementara hampir dipastikan jumlah keterbacaan bakal tidak besar.Â
Menurut prediksi BPSPI (Badan Pusat Statistik Pembaca Iseng) jumlah keterbacaan artikel ini hanya sampai minimal 50 view saja.
Tapi kalau takdirnya jadi makin besar, aku sih rapopo.