Saya tersentak membaca artikel Engkong Felix Tani berjudul "Artikel Admin Kompasiana Selalu AU Walau Tidak layak HL". Artikel ini sangat provokatif dan bikin saya malu.Â
Saya yakin admin Kompasiana pun tersentak dan malu. Kalau saya bertugas jadi admin akan saya hapus artikel dan akun Engkong Felix Tani itu. Kemudian saya akan berikan semua K.Rewards Kompasiana yang Engkong Felix Tani dapatkan. Biar tahu rasa!
Saya tidak ingin para Kompasianers hanya mendapatkan opini dari satu pihak saja. Untuk itu saya melakukan peliboy atau pembelaan diri.Â
Ini sekaligus menjadi peliboy dari para Admin Kompasiana karena mereka merupakan bakal calon kolega saya. Hal yang wajar bila saya membela mereka, bukan?
Selama ini saya menjaga marwah kehmaluwan saya secara profesional tanpa melupakan Beyond Blogging yang didukung data akh kademis yang valid secara terstrukur, sistematis dan masif. Kehmaluwan itu didisain sedemikian rupa dengan lingkup batasan, tujuan dan sasaran yang jelas, yakni hanya sampai Tersipu Malu. Tidak lebih!Â
Metodenya saya terapkan secara konsisten, dengan berpedoman pada defenisi operasional dari berbagai defenisi kehmaluawan yang saya dapatkan secara resmi dan terideks K.Rewards.
Namun marwah kehmaluwan saya itu dihancurkan Engkong Felix Tani secara banal. Dikatakannya bahwa artikel Admin Kompasiana tidak layak mendapatkan HL namun selalu mendapatkan HL. Mentang-mentang admin bakal punya Desa (previlage, pre ; sebelum. vilage; desa/kampung).Â
Apakah salah bila admin punya Desa sendiri?Â
Biarpun hampir semua admin itu cari kerja di kota, namun mereka suatu saat nanti berkeinginan punya desa sendiri. Di sana  mereka dipilih sendiri menjadi kepala desa di desa milik sendiri, mendapatkan tanah bengkok dari tanah sendiri, sering diundang kondangan, dihormati semua warga tanpa pandang bulu--jasi hanya memandang kepala desa.
Lalu dituliskan Engkong Felix bahwa karena hal itulah maka saya ngotot ingin menjadi bakal calon admin agar bisa melabel HL pada setiap artikel sendiri.Â