Timnas Laos paham, tim-tim lawan di dalam grup B tak pernah memikirkan perasaan mereka.
Gawang Timnas Laos seperti barang murahan. Tim lain menjadikannya gudang gol. Â Bisa diisi sebanyak-banyaknya. Asal tumpuk saja, tak perlu disusun. Ini seperti agenda penghinaan yang berijin resmi dan terhormat.
Mungkin ini lah takdir Timnas Laos. Entah suatu saat dimasa depan Tuhan kasihan, kemudian memberikan mereka keajaiban, sebuah kekuatan menjadi tim hebat di Asia Tenggara.
Timnas Laos tak punya beban di Piala AFF 2020. Mereka rasional, dan ingin bermain bola dengan penuh kegembiraan. Hanya itu. Tak perlu pakai perasaan soal hasil akhir laga.Â
Sementara Timnas Indonesia sejak awal Piala AFF selalu kelaparan, dipenuhi ambisi dan disegani. Namun mereka hanya sampai di bibir meja hidangan. Hanya bisa meneteskan air liur saat menghirup sedapnya aroma Piala.Â
Mereka dilarang menjamah, apalagi membawanya pulang. Padahal bibir meja hidangan itu adalah jarak paling dekat dengan Piala!
Merasakan juara Piala AFF adalah impian 280 juta rakyat Indonesia. Piala itu dibawa ke Indonesia untuk dicicipi bersama tanpa henti sepanjang waktu-- sampai gelaran AFF berikutnya.
Timnas Laos tak mau perduli dengan impian rakyat Indonesia itu. Ketidakperdulian Laos tersebut justru menjadikan Timnas Indonesia ketakutan menjelang laga.
Indonesia boleh saja menang, melesakkan lima gol. Tapi Laos tidak pasrah. Dilesakkannya satu gol balasan ke gawang Indonesia.Â