"Akhirnya, aku menemukanmu.."
Sejak zaman kuda mengigit nyamuk, jadi admin Kompasiana itu ngeri-ngeri sedap. Berbaik hati tak pula diingat, keliru langkah dirisak sampai ke gerobak buah. Itulah sebab, jabatan admin mulia, walau tanpa tanda jasa. Â
Demikian balada admin Kompasiana. Ketabahannnya tujuh lapis, Â tak kalah dengan kucing yang konon punya tujuh nyawa.
Tabah tanpa doa, bagai K.Rewards tanpa polemik. Tak seru, beib! Dan kini doa admin akhirnya terwujud, setelah tak putus dirundung perisak. "Buah sirsak buah kedondong. Sambil terisak jangan segan tersipu malu dong".
Saat ini telah hadir sekutu admin yang handal, sebuah sosok yang akan membela admin dari para perisak. (simak ini)
Sosok sekutu admin itu dulunya perisak paling tajam terhadap segala hal ketimpangan sosiokulturekonomipolitikhankamnasrata di Kompasiana. Risakannya aktual dan tajam bagai silet.
Namun semua bisa berubah. Seperti pepatah bijak; "rubah di laut, asam di gunung, bertemu dalam celana". Artinya, kalau sudah jodoh jangan lagi berlari karena kini zaman ojeg online.
Perubahan sosok perisak menjadi sekutu admin tidaklah terjadi secara instan. Ada proses yang memuat konstelasi berupa perpaduan sakral dan profan. Secara detail, tidak bisa dijelaskan di sini demi stabilitas.
Perlu dipahami bahwa faktor stabilitas merupakan salah satu Koentji untuk mewujudkan visi "rok mini bermakna, dari no ice menjadi pro ice" .
Sosok sekutu admin itu memiliki slogan yang sederhana, namun penuh makna, yakni ; "Mantap!". Dia adalah ; "Jojo was a man".Â
Pada masa lalu, saat zaman jahiliah, sosok "Jojo was a man" merupakan seorang perempuan komodikatif--dengan sebutan " Tante".