Permainan politik paling kejam hanya ada di Kompasiana, sehingga admin ketakutan. (Peb)
Saya terkejut dan hampir kaget ketika membuka Kompasiana dan mendapatkan artikel "Gagal Kalah Tiga Kali, Tidak Datang ke Kompasianival 2021" yang ditulis Engkong Felix Tani 18/11/2021. Artikel tersebut sesat pikir yang sangat parah, terutama memuat tuduhan yang tidak benar terhadap saya.
Saya heran, tergeleng-geleng, hampir tercengang serta nyaris terpana sembari bertanya-tanya, kenapa artikel tersebut bisa mulus tertayang di Kompasiana? Kenapa tidak dikarantina secara tetap? Apakah admin pilih kasih, Â atau justru ada persekongkolan admin dengan Kompasianer Felix Tani?
Dalam artikelnya tersebut, Felix Tani secara tersirat menganggap saya pernah gagal berturut-turut meraih Kompasiana Award. Hal ini merupakan tuduhan yang serius, terutama terkait eksistensi dan niat luhur saya berkompasiana.
Saya perlu klarifikasi bahwa saya tidak pernah gagal meraih Kompasiana Award (Kompasianival). Pada tahun 2015 saya terpilih jadi nominee Kompasianer of the Year 2015. Tahun berikutnya termasuk jadi Nominee kategori Best of Opinion 2016.Â
Pada kedua perhelatan tersebut, Saya sukses tidak berhasil menang dalam meraih Kompasiana Award. Perhatikan baik-baik kalimat pernyataan tersebut. Ada empat hal positif dan prestisius, yakni 'sukses', 'berhasil', 'menang', 'meraih'.
Keempat kata itu sama sekali tidak ada kata gagal! Jadi tuduhan Felix Tani bahwa saya gagal adalah tidak benar.
Prestasi seperti itu dalam dunia akademikballmiah disebut Brace. Tercatat beberapa pemain sepakbola hebat level dunia pernah "brace", yakni Ronaldo, Messi, Neymar, dan lain-lain.
Sesat pikir kedua, Engkong Felix Tani menyatakan bahwa dirinya berkeinginan mengalahkan kesuksesan saya dalam hal tidak meraih kemenangan!Â
Engkong Felix Tani tidak bisa mengalahkan saya karena tidak sebanding. Saya 'sukses', 'berhasil', 'menang', 'meraih', sementara Felix Tani dua kali gagal. Ini berarti tidak apple to apple  Dalam istilah ilmu kebun buah disebut (tidak) "apple to apple".