Acek Rudy Gunawan sedang cari gara-gara di Kompasiana. Eeh, ada pula dukungan sekutunya, yakni Prof Felix Tani. Mereka berkoalisi ingin bikin rusuh Kompasiana.Â
Cara yang dilakukan Acek Rudy berbentuk tips atau tutorial untuk penulis. Sementara Prof Felix menjustifikasinya, dengan berpura-pura di pihak yang berseberangan. Padahal mereka satu tim "pembakar".
Lewat artikel Acek Rudy Gunawan dua bidji (sumber 1 dan sumber 2 ), ditambah satu bidji dari Prof Felix (sumber), maka jadilah bensin pertamax. Proses pembakaran hanya soal waktu saja tanpa disadari para pembaca Kompasiana.
Saya sudah membaca ketiga tulisan mereka. Walau kurang mengerti, bukan berarti tidak paham.
Kalau saya mengerti, dikuatirkan jadi terkesima pada argumentasi cerdas mereka. Kemudian bersikap permisif, dan mempersilahkan aksi mereka. Huuh...eikeh tak sudi, beib!
Orang pintar dan cerdas harus dilawan secara cerdas dengan bentuk-bentuk yang bodoh. Cara ini lazim digunakan politikus cerdas di hadapan masyarakat majemuk, yakni bersikap dan bertindak tidak cerdas, tidak mau mengerti atau pura-pura bodoh.Â
Dalam taktik huru-hara itu, Acek Rudy dan Prof Felix Tani mengemukakan wacana 'persetubuhan' antara penulis dan pembaca.
Dalam paparan Acek Rudy, Si Penulis yang dipenuhi libido gagasan mengkondisikan pembaca untuk turut berpenuh libido membaca, sehingga kedua pihak di posisi masing-masing bisa mencapai ketuntasan atau klimaks di dalam relasi penulis-pembaca.Â
Tuntas mengisyaratkan kenikmatan dan kepuasan. Secara tersirat dan tersurat berkaitan dengan durasi.Â