Perseteruan Kompasianer Steven Chaniago dengan Kompasianer "R" Â semakin seru. Terlebih setelah artikel Prof Felix Tani bertema Perbedaan Peradaban, dengan mengutip teori Samuel Huntington sebagai dasar opini.
Dari artikel itu, kedua pihak yang berseteru muncul dalam bagian komen. Hampir semua jadi bagai  telanjang, baik penulis artikel yakni Prof. Felix Tani, Steven Chaniago, kompasianer R, dan para pembaca/komentatornya.Â
Hanya satu kompasianer yang menahan diri untuk tidak telanjang, yakni Pebrianov, karena beliau merupakan kompasianer pemalu yan tabah, dan menjaga image secara tertib.
Saya sangat prihatin terhadap perseteruan itu. Saya kuatir keselamatan Admin Kompasiana karena secara langsung atau tidak, admin dilibatkan. Padahal, sependek tahu saya, admin itu pembawa damai. Kalau tidur saat piket, mereka sangat nyenyak dalam damai mimpinya.Â
Mereka menghindari terjadinya perseteruan karena bakal direpotkan agenda rapat mendadak. Belum lagi munculnya teguran dari boss kantor karena dianggap lalai. Padahal timbulnya perseteruan itu bukan dari admin, melainkan murni disebabkan munculnya lima provokator, yakni ; K.Rewards, Kolom Terpopuler, label Headline, tema Topil (Topik Pilihan), dan kualitas Kompasiana.Â
Kelima provokator itulah yang penjadikan kompasianer Steven Chaniago dan Kompasianer R saling merisak (bully), dengan argumentasi masing-masing. Di tengah-tengah mereka ada Kompasianer Felix Tani yang arif dan bijaksana nan indah gemah risak loh jijaywi berusaha mengurai benang kusut perseteruan. Sementara para Kompasianer lainnya jadi tim sorak yang justru memperkeruh perseteruan.
Nampaknya Kompasianer Felix Tani belum berhasil menengahi perseteruan itu karena  berjuang sendirian. Lagi pula, energinya tidak bisa penuh karena kecilnya K.Rewards yang dia dapatkan setiap bulan.
Kalau perseteruan itu tidak dihentikan, dikuatirkan para admin tidak bisa tidur. Padahal tidur bagi admin adalah wajib hukumnya. Kalau kurang tidur, dikuatirkan akan salah pencet label Headline, Pilihan dan lainnya.
Agar dampak perseteruan itu tidak makin meluas, saya mengusulkan perseteruan itu dibawa ke ranah hukum. Kedua kompasianer yakni Steven Chaniago dan kompasianer "R" dihadapkan ke Mahkamah Kompasiana.
Anggota Mahkamah Kompasiana berisi para pakar di bidang hukum kompasiana. Mereka adalah, pertama ; Prof Felix Tani, pakar hukum Kompasiana dengan spesialisasi Risakologi. Sebagai catatan, sebaiknya secara ex officio K.Rewards Felix Tani dinaikkan di urutan ketiga peraih K.Rewards dengan beda nominal 100 rupiah. Dengan begitu, Prof Felix Tani bisa konsentrasi penuh mengurus Mahkamah Kompasiana tanpa perlu memikirkan hutangnya pada Soto Mas Karso.