Silih berganti orang-orang datang. Sebagian kukenal.Â
Mereka mendekat. Menatap. Terdiam. Bibir bergerak, membawa getar lirih dan gugup. Mata seperti larva. Memerah. Ada kaca meleleh. Mengapung di lentik-lentik.Â
Lalu mereka pergi. Tertunduk dan terisak. Sampai di ujung pintu berpelukan. Tubuh-tubuh menyatu,  dan berkejat kejat.
Aku berbaring. Kadang duduk. Sesekali berdiri. Kudekatkan bibir di telinga mereka. Menyampaikan pesan agar jangan lakukan kebodohan seperti orang-orang yang datang lebih awal.
Tapi kurasa semua telah jadi orang-orang dungu. Tuli, bisu dan keras kepala.Â
Tak satupun kata-kataku dipatuhi. Padahal tak pernah letih kuhamburkan ketika mata kami bertatap. Sampai kemudian tak lagi kulihat yang datang. Tak lagi kudengar lirih, getar dan gugup.
Saat yang sial ! Waktu mereka bernyanyi sambil menangis, aku tertidur lelap. Ketika bangun, semua gelap. Sepi. Hanya ada satu cahaya kecil berjalan mendekat. Aku yakin itu bukan mereka--kumpulan orang bodoh yang tadi datang silih berganti.
---
peb31052021
Â