Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menolak Undangan Silaturahmi Lebaran, Gimana Caranya?

12 Mei 2021   23:02 Diperbarui: 13 Mei 2021   01:20 828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : canva.com

Beberapa hari lalu istri saya memberitahukan ada kerabatnya---masih pangkat tante bila dirunut dalam silsilah keluarga---memberitahukan lewat WA untuk datang pada hari Lebaran di rumahnya. Agendanya kumpul keluarga besar dalam rangka Lebaran.

Sebenarnya ini bukan hal baru, sudah rutin kami berkumpul bila Lebaran di rumahnya atau salah satu adik-kakaknya beserta orang tuanya. Mereka juga datang pada acara natalan di rumah saya. Kalau sudah kumpul, rumah pasti jadi ramai dalam suasana menyenangkan.

Sejak lebaran dan natalan tahun lalu tidak ada kumpul-kumpul karena pada saat itu masih baru dan sedang genting-gentingnya pandemi Covid 19.  Saat itu masih ngeri keluar rumah kalau tidak terlalu penting! Lock down masih hangat-hangatnya. Natalan waktu itu saya tidak "open house", begitu juga pihak keluarga yang berlebaran.

Namun mungkin karena saat ini Covid19 sudah dianggap biasa, beberapa kerabat dan keluarga melakukan "Open House" dengan mengirim pemberitahuan lewat WA ke sejumlah anggota keluarga.

Saya sekeluarga sejak awal sudah memutuskan tidak akan pergi open house ke tempat keluarga pada Lebaran ini. Namun undangan via WA itu datang bukan cuma sekali, namun beberapa kali. Ini bikin istri saya "goyah" dan "tidak nyaman hati".  

Untuk memberikan penjelasan penolakan karena masih rentannya soal Covid 19, kok rasanya seperti alasan klasik. Mereka juga tentu tahu soal pendemi Corona ini.

Lalu bagaimana cara menolaknya? 

Saya memberikan gambaran ulang bahwa "Open House" itu akan sulit untuk jaga jarak, walau sudah cuci tangan, pakai masker, dan lain sebagainya. Banyak aktivitas didalam rumah  serba spontan.

Anggota keluarga yang berkumpul dari berbagai usia. Mulai dari yang pangkatnya dalam keluarga besar; kakek, nenek, om, tante, abang, kakak, adik, sepupu, keponakan dari berbagai wilayah kota yang berkumpul di saat yang bersamaan dalam satu tempat.  Hal itu sangat beresiko, khusunya kepada anggota keluarga yang berusia lanjut.

Mungkin saya dan istri relatif lebih imun karena sudah dua kali vaksinasi Covid19. Namun ini bukan jaminan "kebal" corona. Lalu bagaimana dengan sanak keluarga lainnya? Sangat beresiko, walau sudah menerapkan Prokes.

kumpul keluarga besar, sumber gambar : clipartstation.com
kumpul keluarga besar, sumber gambar : clipartstation.com
Pada masa pandemi ini kami harus lebih hati-hati, walau sudah pakai masker, cuci tangan dan jaga jarak  terutama bila berada di luar rumah, misalnya bekerja, dan berbagai urusan. Sebisanya menghindari kerumunan. 

Dua orang kerabat yang masih hubungan keluarga dengan saya meninggal terpapar Covid19. Begitu juga teman/kolega kerja saya dan istri. Bikin sedih, ditambah tidak bisa pergi melayat karena prosedur covid.

Saya sendiri pada bulan Pebruari lalu (sebelum vaksinasi) diduga terpapar Covid19 sehingga isolasi mandiri di rumah. Kok "diduga" ? 

Ceritanya, saat itu saya demam tinggi selama 2 hari.  Gejala sakit disertai demam itu mirip dengan gejala Covid19 yang sering saya baca di media. Lalu saya menghubungi asisten lapangan (site engineer) karena tidak bisa ke proyek dan minta perkembangan pekerjaan dikirim via WA saja.

Asisten saya itu setiap hari mendampingi saya di proyek. Dia lalu mengabarkan positif covid 19 dan saat itu sedang dirumah sakit menjalani isolasi ! Waduh pantas saja 2 hari saya tidak masuk dia tidak cari-cari...hahaha!

Saya memutuskan Isolasi Mandiri selama lebih dari 14 hari, dimulai sejak asisten saya mulai isolasi di rumah sakit. Saya cuma di kamar dan tidak kontak dengan anak-anak. Saya istirahat, dan makan makanan bernutrisi tinggi sambil menahan rasa sakit sekujur tubuh. Saya pikir, kalau sampai sesak nafas atau gejala lanjut barulah  ke rumah sakit.

sumber gambar : canva.com
sumber gambar : canva.com

Kembali ke undangan silaturahmi Lebaran tadi, setelah dipikir-pikir akhirnya kami sepakati akan tetap pergi ke rumah tante tersebut, tapi tidak saat hari-H open house/silaturahmi besar, melainkan beberapa hari kemudian setelah hari Lebaran. Dengan terlebih dahulu bikin janji. 

Kami pikir maknanya masih sama, dan dalam suasana lebaran. Tidak hadir pada undangan open house keluarga besar bukan berarti tidak menghormati hari raya Lebaran. Silaturahmi tetap dilakukan, hanya cara dan waktunya perlu disiasati karena situasi dan kondisi dulu beda dengan sekarang. 

Alasan tidak bisa hadir saat silatuhami besar --open house--itu kami "karang-karang" sendiri. Kami sampaikan bahwa masing-masing ada acara di tempat lain yang sudah lama direncanakan.

Saya sendiri ada acara di vila kebun milik kawan di pinggiran sungai yang letaknya relatif jauh dari kota. Rencananya akan memancing ke pulau seberang dengan beberapa kawan. Sedangkan istri dan anak-anak di rumah saja. Mereka mau beres-beres rumah, ngurus tanaman dan bersantai.

Kami berharap, tidak ada razia oleh pihak keluarga yang berlebaran itu ke rumah kami untuk membuktikan bahwa kami memang "sibuk" acara di tempat lain. Heu heu heu...

"Eeh, lebaran kok kamu berbohong, Peb? itu dosa  tau!"

"Eeeh, iya sih...tapi bohong sesekali demi kepentingan yang lebih besar rapopo, kan? Pun nanti ada momen maaf-maafan lahir batin" .

Kalau pun sampai ketahuan berbohong...aku rapopo...

----

Peb13/05/2021

Selamat Idul Fitri kepada admin dan semua Kompasianer. Mohon maaf lahir dan batin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun